Berikut ini saya mencoba menuliskan tentang makna dibalik operasi bilangan, artikel ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya tentang mengenal angka 1 sampai angka 10.
Jenis-jenis Operasi
Bilangan
Dalam artikel sebelumnya
“Mengenal Angka 1 sampai dengan10” kita
mengenal bahwa angka adalah symbol dari sang pencipta Allah subhanahu wa ta’ala dan mahluk atau ciptaanNya. Lalu kejadian
apa saja yang terjadi kepada mahluk, itulah yang kita sebut operasi atau
peristiwa yang bisa dialami setiap mahluk. Hukum untuk setiap mahluk pasti berpasang-pasangan, dan hukum alam
setiap kejadian pasti ada sebab dan
timbul suatu akibat. Pada
benda-benda di sekitar kita, kita bisa campur atau bisa kita pisahkan. Untuk
hewan-hewan itu bisa bertemu dan pergi. Hukum yang terjadi pada mahluk itu juga
kita notasikan ke hukum operasi bilangan, perkalian, penjumlahan, pembagian dan
pengurangan.
Hubungan keempat
operasi tersebut, perkalian
melambangan sebagai pertemuan yang
merupakan sebab jumlah yang bertambah. Perkalian
berpasangan dengan Pembagian yang melambangkan perpisahan
dimana itu menjadi sebab jumlah yang berkurang. Oleh karena itu
dalam hukum operasi bilangan perkalian dan pembagian didahulukan
pengeoperasiannya baru kemudian penjumlahan dan pengurangan, sebab selalu didahulukan dari pada akibat. Perkalian berpasangan dengan pembagian
yang merupakan sebab, sedangkan penjumlahan berpasangan dengan pengurangan
yang merupakan akibat. Orang
jawa menyebutnya dengan pipolondo (ping
poro lan sudo : kali, bagi, jumlah, kurang).
Perkalian (×)
Perkalian digambarkan
dengan dua garis saling memotong dan menyilang miring. Hal ini melambangkan
pertemuan antar mahluk. Dimana pertemuan ini menjadi sebab jumlah yang
bertambah sesuai dengan kelipatannya. Untuk lebih jelasnya mari kita mulai
dengan sifat yang mengikat mahluk yaitu berpasang-pasangan. Kita ambil contoh
sifat panas dan dingin. Kemudian kita ambil contoh mahlukNya yaitu tanah, air, oksigen. Tanah mewakili
mahluk berbentuk padat, air mewakili mahluk berbentuk cair, dan oksigen
mewakili mahluk berbentuk gas. Kita masukkan ke dalam tabel
persilangan/pertemuan/perkalian.
Dalam bentuk
matematikanya itu disederhanakan menjadi perkalian 2 x 3. Mari kita lihat tabel
berikut.
Tabel Perkalian
Kali (×) |
Panas |
Dingin |
Tanah |
Tanah Panas |
Tanah Dingin |
Air |
Air Panas |
Air Dingin |
Oksigen |
Oksigen Panas |
Oksigen Dingin |
Dari tabel kita bisa
tahu bahwa 2 × 3 ataupun 3 × 2 jumlahnya bertambah sesuai kelipatannya. Begitu
pula dengan perkalian-perkalian lainnya. Warna biru dan kuning adalah komponen
yang dipertemukan atau direaksikan, warna hijau adalah hasil dari pertemuan
atau reaksi.
Pembagian (÷)
Pembagian disimbolkan
dengan garis yang memisahkan dua titik. Hal ini menggambarkan perpisahan,
dimana pembagian adalah pembalik operasi dari perkalian, begitu pula
sebaliknya. Dalam hukum alam ada pertemuan/perjumpaan juga selalu ada
perpisahan. Pembagian menjadi sebab berkurangnya jumlah, karena ini pembagian
berkaitan erat dengan pengurangan.
Pembagian adalah
pembalik dari operasi perkalian, perkalian dan pembagian berlaku
berpasang-pasangan. Sifatnya saling berlawanan atau berkebalikannya atau saling
melengkapi. Maka untuk memahami pembagian kita coba untuk menguraikan/memisahkan
hasil dari perkalian yang sudah ada di atas.
Tabel Pembagian
Tanah Panas |
Tanah
Dingin |
Tanah |
Air Panas |
Air Dingin |
Air |
Oksigen
Panas |
Oksigen
Dingin |
Oksigen |
Panas |
Dingin |
Bagi (÷) |
Keterangan tabel
pembagian atau pemisahan atau urai, hijau adalah komponen yang akan
diurai/dipisahkan, kuning dan biru adalah komponen hasil dari urai. Kita bisa
melihat bahwa 6 : 3 atau 6 : 2 menghasilan 2 atau 3 dimana jumlahnya berkurang
sesuai kelipatan urai atau pemisahnya.
Dari sini kita sudah
mengenal perkalian dan pembagian dimana keduanya berpasang-pasangan. Sifatnya
saling bertolak belakang. Kedua bagian dari hukum alam sebab, kemudian menimbulkan akibat
yang akan kita kenal dengan penjumlah dan pengurangan. “dibaca hukum Allah Subhanahu wa ta’ala sebab akibat (sunnatullah). Bagi yang belum mengenal Allah dikenal
dengan hukum alam. Seharusnya ketika sampai sini kita sudah melewati mengenal
angka 1 sampai dengan 10. Sudah semestinya mulai mengenal Allah yang Maha Suci
lagi Maha Tinggi).
Sebelum ke penjumlahan
dan pengurangan, berikut saya tampilkan tabel perkalian dan pembagian jadi
satu.
Kali (×)/ Gabung |
Panas |
Dingin |
|
Tanah |
Tanah Panas |
Tanah Dingin |
Tanah |
Air |
Air Panas |
Air Dingin |
Air |
Oksigen |
Oksigen Panas |
Oksigen Dingin |
Oksigen |
|
Panas |
Dingin |
Bagi (÷)/ Urai |
Penjumlahan (+)
Sebelumnya sudah kita
ketahui bahwa perkalian berakibat
pada jumlah yang bertambah, lalu bagaimana jika jumlah itu dioperasikan? Apa
saja yang bisa kita jumlahkan? Karena jumlah yang bertambah adalah akibat dari
pertemuan/perkalian, dan akibat ini tidak bisa menjadi sebab untuk akbiat yang
lain, maka ada aturan khusus dalam operasi penjumlahan, satu penjumlahan hanya bisa dioperasikan jika semua komponennya sama
atau dianggap sama atau atribut yang melekat pada setiap unitnya dihiraukan
atau satuannya sudah disamakan. Dua penjumlahan hanya akan menghasilkan
jumlah sesuai urutan hitung pada setiap komponennya atau variabelnya.
Contoh kasus, Waru
membeli 4 buah apel dan 3 buah jeruk.
Berapakah jumlah semua yang dibeli Waru? Maka
jumlahnya tetap 4 buah apel dan 3 buah jeruk. Kita tidak bisa menambahkan keduanya
sebelum kita samakan satuannya atau kita hilangkan atribut komponennya atau
kita anggap sama setiap satuannya buahnya. Maka pertanyaanya harus dirubah.
Kasus penyesuaian
soal, Waru membeli 4 buah apel dan 3 buah jeruk. Berapa buah jumlah semua buah
yang dibeli Waru dengan mengabaikan jenis buah-buahan? Dan berapa jumlah berat
buah-buah yang dibeli waru jika 4 buah apel beratnya 400 gram dan 3 buah jeruk
beratnya 250 gram? Maka ada 7
buah-buahan (4 apel + 3 Jeruk) dengan
berat 650 gram ( 400gram(apel) + 250 gram
(jeruk)). Yang pertama jenis buahnya kita generalkan yang kedua satuannya
kita samakan.
Itulah penjumlahan
yang sifat operasinya hanya bisa dilakukan jika semua semua
variabel/komponennya sama atau disamakan satuannya, dan hasilnya sesuai urutan
hitung semua variabel atau komponennya.
Pengurangan (-)
Pengurangan adalah
jenis operasi bilangan yang berpasangan dengan penjumlahan, maka aturan yang
ada dalam pengurangan sama dengan aturan yang ada dalam penjumlahan. Pengurangan hanya bisa dioperasikan
jika semua komponennya sama atau dianggap sama atau atribut yang melekat pada
setiap unitnya dihiraukan atau satuannya sudah disamakan. Pengurangan hanya akan menghasilkan jumlah menyusut/berkurang
sesuai urutan hitung pada setiap komponennya atau variabelnya.
Contoh soal : Dadap
memiliki 5 buah pir dan 3 buah manggis. Kemudian 2 buah pir dan sebuah manggis
diberikan ke Glugu. Berapakah sisa buah-buahan milik Waru sekarang? Maka buah milik Dadap sisa 3 buah pir
dan 2 buah manggis.
Berikut ini adalah
tabel penjumlahan dan pengurangan.
Tambah (+) |
5 apel |
4 jeruk |
|
3 apel |
8 apel |
4 jeruk 3 apel |
3 apel |
4 jeruk |
5 apel 4 jeruk |
8 jeruk |
4 jeruk |
2 manggis |
5 apel 2 manggis |
4 jeruk 2 manggis |
2 manggis |
|
5 apel |
4 jeruk |
Kurang (-) |
Sengaja jumlah
variabel/komponen penambah atau pengurang dibuat sama supaya bisa singkron sisi
kanan dan sisi kiri, sisi atas dan sisi bawah. Jika ingin beda variabel
penambah atau pengurang, maka harus dipisahkan tabel penjumlahan sendiri dan
tabel pengurangan sendiri
Perkalian dan
Pembagian Khusus
Perkalian dan
pembagian dengan angka 1
Perkalian dengan angka
1
2 × 1 = 2 1 × 12 = 12
3 × 1 = 3
4 × 1 = 4
n × 1 = n
Bilangan/angka berapapun dikali satu maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri, satu dikali bilangan berapapun maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Di bahasan mengenal angka 1 sampai dengan 10 (artikel/buku sebelumnya), kita mengenal bahwa 1 itu adalah Allah subhanahu wa ta’ala dan dibahasan ini kita mengenal bahwa perkalian itu adalah pertemuan. Dan angka setelah satu adalah sifat dari mahluk atau mahluk itu sendiri. Maka kita bisa baca contoh diatas seperti ini.
Jika mahluk itu ingin
menemui Tuhannya, maka yang ia dapati adalah dirinya sendiri. Jadi Allah subhanahu wa ta’ala itu seperti
apa yang disangkakan oleh mahluknya. Allah
subhanahu wa ta’ala itu seperti prasangka mahluknya. Jika mahluk itu menemui
Allah subhanahu wa ta’ala hendak
meminta pertolongan, maka yang ia dapati adalah dirinya sendiri harus berusaha
karena pertolongan Allah subhanahu wa
ta’ala itu datang melalui dirinya.
Yang kedua/sisi
sebelah kanan, jika Allah subhanahu wa
ta’ala menemui mahlukNya maka yang ada adalah mahlukNya itu. Jika pertemuan
itu setelah kematian / kiamat, yang berarti itu hari perhitungan amal mahlukNya, maka yang ada adalah mahlukNya itu
bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan tidak ada penolong baginya. Dan tidak
pula ia dibebani oleh amal orang lain. Jika Allah
subahanu wa ta’ala itu menemui mahlukNya saat ini (dikala masih hidup),
maka yang Allah subhanahu wa ta’ala
lihat adalah mahlukNya itu tanpa ada atribut jabatannya apa, hartanya berapa,
istrinya siapa, dari keturunan siapa, gelarnya apa saja, dan seterusnya yang
menyangkut keduniaan. Oleh karena itu, sikap yang terbaik kita ketika hendak
menemui Allah subhanahu wa ta’ala
(ibadah) adalah meletakan sejenak semua atribut keduniaan. Dan bolehlah kita
pakai lagi setelahnya.
Pembagian dengan angka
1
6 ÷ 1 = 6
7 ÷ 1 = 7
8 ÷ 1 = 8
n ÷ 1 = n
Jika mahlukNya memisahkan diri dari Allah subhanahu wa ta’ala, maka ia akan mendapatkan dirinya sendiri. Jika dalam pemisahan itu dia (mahlukNya) dalam keadaan terpuruk/susah/sedih, maka yang ia dapati adalah dirinya sendiri tanpa ada penolong baginya. Ia merasa tidak ada yang bisa menolongnya selain apa yang bisa diusahakan oleh dirinya melalui tangan dan kaki. Yang berlaku masih sama yaitu Allah subhanahu wa ta’ala seperti prasangka mahlukNya. Jika kamu mendapati dirimu dalam keadaan seperti ini, maka segeralah menemui Allah subhanahu wa ta’ala, dengan penuh harap dan penuh keyakinan bahwa hanya Allah subhanahu wa ta’ala saja yang memiliki segala kemungkinan dan rahmatnya seluas langit dan bumi. Jika ketika memisahkan diri dari Allah subhanahu wa ta’ala itu dia(mahlukNya) dalam keadaan kaya raya / bahagia / senang, maka ia akan merasa bahwa apa yang dia dapat saat ini adalah hasil usahanya sendiri melalui tangan dan kakinya. Padahal perasaan itu hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan dia tidak menyadari.
Yang kedua, jika Allah subhanahu wa ta’ala itu
dibagi/dipisahkan sebanyak mahlukNya, maka Allah
subhanahu wa ta’ala itu akan mencukupi sebanyak mahlukNya itu.
“Bentar-bentar Mas
Kus, jika Allah subhanahu wa ta’ala
itu dibagi sebanyak mahlukNya, apakah berarti bahwa jumlah/kadarNya menurun
atau berkurang atau menjadi sangat kecil-kecil?”
“Baik! Sudah saatnya
kita belajar di luar ruangan. Ayo Waru dan Dadap berdiri di sini di terik
matahari, sedangkan kamu Glugu berteduh di bawah pohon itu.”
“Bagaimana terasa
terik, panas menyengat Waru, Dadap?”
“Iya! Mas Kus”
“Glugu! Apakah terasa
sejuk, enak dengan angin semilir sepoi-sepoi?”
“Mantap!”
“Baik! Apakah ada
perbedaan intensitas sinar matahari yang kita terima atau rasakan?”
“Glugu tidak kena
sinar mas Kus” sanggah Waru
“Iya, karena sebagian
besar instensitas sinar yang mengarah ke Glugu diterima oleh pohon.”
“Apakah intensitas
sinar yang kita terima dan semua benda yang ada berbeda-beda kecuali terhalang
oleh sesuatu benda lain? Apakah berkurang intensitas sinar di sisi Matahari?”
“Perumpamaan Allah subhanahu wa ta’ala itu seperti
itu, tidaklah berkurang sedikitpun rahmat di sisi Allah subhanahu wa ta’ala walaupun dibagi sebanyak mahlukNya. Dan
Glugu di tempat yang teduh bukan berarti lebih enak dari kalian Dadap dan Waru,
karena dengan terik Matahari kalian jadi lebih kuat dan lebih kebal
dibandingkan Glugu, dan Glugu mendapat rasa sejuk sebagai ganti apa yang tidak
Dadap dan Waru dapatkan.”
“Satu lagi perumpamaan
yang bisa kita ambil dari dunia modern ini, contohnya adalah File Sharing
ataupun Video Sharing, orang yang mengambil File ataupun video mendapatkan apa
yang dia inginkan, sedang orang yang mensharing/pemiliknya tetap memilikinya
tanpa berkurang sedikitpun. Mudahkan akalmu menerima itu tanpa protes! Seperti
apa yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wa sallam
ketika membagi roti dan daging kambing kepada para sahabatnya. Hal seperti itu
mudah di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.”
“Saya kira cukup
jelas, dan cukup untuk kelas luarnya. Kecuali kalian masih ingin menikmati
proses menjadi lebih kuat dan lebih kebal. Bonus tambah sedikit lebih gelap.
hehehehe”
Perkalian dan
pembagian dengan angka 0
Perkalian dengan angka
0
0 × 12 = 0
0 × 13 = 0
0 × 15 = 0
0 × n = 0
angka nol merupakan lambang dari kematian, jika kematian itu menemui mahluk maka mahluk itupun mati. Jika mahluk itu menemui kematian, ia juga akan mati. Dan kekhususan pada pertemuan dengan kematian adalah tidak ada proses pembalik, tidak ada proses yang bisa membuat mahluk itu kembali setelah mati.
Kematian
menemui/menjemput kamu, maka kamu akan mati. Kapan kematian itu menjemput? Ketika
kamu sedang menikmati istirahat / makan / bercengkrama / ataupun kegiatan
lainnya. Apabila kematian datang saat itu, maka kamu akan mati. Tidak ada yang
bisa menundanya, tidak pula kamu bisa menolaknya.
Jika kamu menemui
kematian, kamu juga akan mati. Contohnya mungkin seperti ini, ketika sedang
senang karena mendapatkan hadiah yang banyak, lalu kamu ingin merayakannya
dengan makan durian dengan kulitnya tanpa dikupas dulu. Bisa jadi itu jalan
kamu menemui kematian. Mungkin! Hal ini berlaku untuk semua mahluk (ciptaan),
jika kematian datang atau sebaliknya, maka ia akan mati.
Pembagian dengan angka
0
0 : 12 = 0
0 : 13 = 0
0 : 15 = 0
0 : n = 0 n : 0 = /
Saya cukup sulit untuk menjelaskan apa yang ada di kolom kiri. Jika dikatakan bahwa kematian dipisahkan dari mahluknya maka ia akan mati, kok rasanya aneh. Atau kematian memisahkan dari mahluk maka ia mati, ini juga aneh. Karena kita tahu jika itu kematian maka kaitannya dengan waktu/usia dari mahluk. Aneh saja jika waktu menjadi subjek / pelaku. Yang ada adalah mahluk itu tetap sebagai subyeknya, dan waktu adalah ukuran seberapa lama ia menyelesaikan perkerjaannya.
Seperti yang kita
ketahui, jika kematian sudah menjemput mahluknya maka ia akan mati, dan tidak
ada proses pembalik dari kematian. Yang ada adalah mahluknya yang memcoba
memisahkan diri dari kematian, mahluk yang mencoba abadi. Tapi pada akhirnya ia
juga akan mati. Maka kalimatnya kita ubah seperti ini, akan tetap mati seberapa
besar usaha mahluknya untuk memisahkan diri dari kematian. Akan tetap mati, betapapun usaha mahluknya untuk hidup abadi.
Kolom sebelah kanan, mahluk dipisahkan dari kematian adalah
tidak mungkin. Sudah menjadi ketetapan bahwa setiap mahluk itu pasti mati. “Tidak mungkin” saya gambar dengan garis
miring (/) karena saya belum menemukan symbol / notasi untuk menyatakan
ketidakmungkinan. Garis miring saya pilih karena kita tidak mungkin membuat
tongkat berdiri miring kecuali kita tanam/benamkan dasarnya atau kita tahan
atasnya.
Adalah mustahil
/ tidak mungkin mahluk dipisahkan dari kematian. Hal ini menjadi bukti
bahwa kiamat itu adalah pasti.
Setiap mahluk itu ada masa usianya termasuk jagat raya ini ada usianya. Dan
ketika usia jagat raya ini habis, itulah kiamat. Dan itu sebuah kepastian,
hanya saja waktunya saja yang tidak kita ketahui. Seperti halnya
kematian-kematian pada mahluk (kiamat kecil) sebelum kematian keseluruhan
mahluk (kiamat besar). Ketika mahluk
dipisahkan dari kematian, maka itu mustahil/tidak mungkin. Mati sudah pasti
hanya cara dan waktunya saja yang menjadi rahasia.
Dari sini saya
cukupkan untuk perkalian dan pembagian dengan angka khusus 1 dan 0, saya tidak
membahas untuk penjumlah dan pengurangan dengan angka 1 dan 0 karena pada
operasi perkalian dan pembagian dengan angka 1 dan 0 tidak menimbulkan akibat
kecuali bilangan itu sendiri atau 0. Yang kedua adalah karena pada operasi
penjumlah dan pengurangan ada syarat bahwa yang dioperasikan adalah sesuatu
yang sama atau dianggap sama.
Dalam operasi
penjumlahan/pengurangan dengan angka 1, maka 1 ini adalah sesuatu/benda yang
sama/dianggap sama, sehingga baru bisa dijumlahkan/dikurangkan. Sedangkan untuk
angka 0 juga demikian. Angka 0 juga harus dianggap sebagai benda yang sama.
Menyinggung operasi
bilangan yang sudah ada
Membuat relasi /
hubungan operasi bilangan yang sudah ada dengan cara pandang baru
Dengan cara pandang
baru bahwa perkalian dan pembagian adalah sebab, dan penjumlahan dan
pengurangan adalah akibat, maka ada pemahaman bahwa :
5 + 5 + 5 = 15 bukanlah asal dari 5 × 3 = 15
walaupun pada hasil akhirnya jumlahnya sama. Karena keduanya menempuh cara yang
berbeda. Kita tidak bisa mengatakan bahwa 5 + 5 + 5 = 15 sama dengan 5 × 3 = 15, karena kita tidak mungkin
mempertemukan sesuatu yang sama sehingga jumlahnya menjadi kelipatnya. Berikut
ini adalah perbedaanya.
1. Waru, Dadap, Glugu, Watu, dan Padas, pergi ke
warung bersama-sama. Di warung tersebut ada 3 jenis minuman kopi, teh, dan susu.
Hitunglah kemungkinan minumnya yang dipesan mereka!
2. Waru, Dadap, Glugu, Watu, dan Padas, mengadakan
rapat sebanyak 3 kali untuk persiapan mengerjakan proyek mereka bersama-sama.
Rapat diadakan pada tanggal 2, tanggal 5, dan tanggal 7. Buatkan tabel absensi
rapat mereka!
3. Waru membawa 3 kantong kresek yang berisi 5 buah
apel disetiap kantong kresek, berapakah jumlah apel yang dibawah Waru?
Tabel 1 : Kemungkinan
pasangan orang dan yang dipesan
× (beli) |
Kopi |
Teh |
Susu |
Waru |
Waru, Kopi |
Waru, Teh |
Waru, Susu |
Dadap |
Dadap, Kopi |
Dadap, Teh |
Dadap, Susu |
Glugu |
Glugu, Kopi |
Glugu, Teh |
Glugu, Susu |
Watu |
Watu, Kopi |
Watu, Teh |
Watu, Susu |
Padas |
Padas, Kopi |
Padas, Teh |
Padas, Susu |
Tabel 2 : Absensi
Rapat
× (rapat) |
Tgl 2 |
Tgl 5 |
Tgl 7 |
Waru |
Waru, 2 |
Waru, 5 |
Waru, 7 |
Dadap |
Dadap, 2 |
Dadap, 5 |
Dadap, 7 |
Glugu |
Glugu, 2 |
Glugu, 5 |
Glugu, 7 |
Watu |
Watu, 2 |
Watu, 5 |
Watu, 7 |
Padas |
Padas, 2 |
Padas, 5 |
Padas, 7 |
Dari
tabel 1 yang mempertemukan 5 orang dengan 3 pilihan menu minuman yang berbeda,
maka kita dapati ada 15 kemungkinan orang dengan pilihan menunya. Kelima
belasnya berbeda semua sehingga mudah untuk menghitung jumlahnya. Inilah yang
dimaksud dengan 5 × 3 = 15. 5 hal berbeda dipertemukan dengan 3 hal yang
berbeda pula hasilnya aka nada 15 hal baru. Inilah pertemuan atau persilangan
ataupun perkalian.
Dari
tabel 2 ada 5 orang mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali. Dalam kenyataannya
bahwa diakhir pertemuan jumlah orangnya tetaplah 5 tidak menjadi 15. Yang 15
adalah apabila kita menambahkan atribut waktu pada setiap orang di setiap
pertemuan. Apabila kita menambahkan atribut waktu untuk identifikasi orang maka
memang benar kita mendapatkan 15 orang yang berbeda. Dalam kenyataanya adalah
kita tidak mungkin mempertemukan Waru yang hadir dalam rapat di tanggal 2
dengan Waru yang hadir ditanggal 5. Begitu pula dengan 4 peserta lainnya.
Karena dalam kenyataan setiap mahluk/ciptaan itu terikat oleh waktu. Dan ikatan
ini banyak tidak dianggap karena memang tidak bisa ditangkap oleh indra
ikatannya.
Dari
ilustrasi jumlah apel kita dapati hasil dari penjumlahan 5 buah apel ditambah 5
buah apel lagi dan tambah 5 buah apel lagi hasilnya ada 15 buah apel. Dalam
operasi penjumlahan ataupun pengurangan, benda/sesuatu baru bisa
dijumlahkan/dikurangkan jika dianggap sama semua atributnya. Pada kenyataannya
bahwa 15 buah apel itu berbeda pada setiap apelnya walaupun kelihatannya sama.
Yang membedakan 15 apel tadi adalah bahwa setiap apelnya menempati ruang yang
berbeda. Jika kita tambahkan atribut ruang pada setiap apel, kita dapati bahwa
setiap apel itu berbeda. Mari kita tambahkan atribut ruang dengan menambahkan
koordinat disetiap apel.
Tabel Apel dan koordinat dalam ruang
Dari tabel diatas kita tahu bahwa 15 apel itu berbeda karena setiap apelnya menempati ruang yang berbeda. Oleh karena itu setiap mahluk/ciptaan itu memiliki sifat menempati ruang, dan juga terikat oleh waktu. Di zaman sekarang ini manusia sudah menambahkan atribut ruang dan waktu pada manusia itu sendiri dan juga pada benda-benda yang telah dibuatkan. Contohnya adalah tempat dan tanggal lahir kita selalu dicatat dalam identitas kita. Tempat lahir menandakan atribut ruang dimana kita pertama kali masuk ke dunia, tanggal lahir menandakan atribut waktu kapan kita dilahirkan. Begitu pula dengan benda-benda yang telah dibuat oleh manusia. Saat ini sudah wajar benda-benda itu ada tanggal produksi dan masa berakhirnya benda itu layak dipakai/dikonsumsi (expired date).Kembali ke tiga contoh
peristiwa di atas, kita bisa pahami ketiganya adalah berbeda. Akan tetapi ini
akan menimbulkan kekacauan pemahaman jika kita hanya belajar matematika/ilmu
hitung hanya sebatas simbol saja. Jika kita hanya belajar simbol saja, kita
hanya mendapatkan ketiganya adalah sama dalam jumlah yaitu 5 dan hasil akhir
juga sama yaitu 15. Sehingga ada kemungkinkan kesalahan dalam pemahaman bahwa
5+5+5 = 15 adalah asal dari 5×3=15, tidak pula bisa dikatakan bahwa 5+5+5=15
sama dengan 5×3=15. Keduanya adalah hal yang berbeda dalam kenyataanya. Akan
tetapi jika 5×3=15 bisa ditempuh dengan cara 5+5+5=15 adalah iya, memang bisa.
Berikut contohnya.
Ada 10.rty.xcv
(sepuluh juta lebih) batu bata merah di lapangan/ruangan. Padas adalah petugas
penerima barang. Bantulah Padas memastikan bahwa jumlah batu bata merah yang
telah dikirim telah sesuai jumlahnya dengan pesanannya.
Dalam 1
ruangan/lapangan ada 10.rty.xcv batu bata merah
1 × 10.rty.xcv = 10.rty.xcv (batu
bata merah)
Lalu bagaiman kita
memastikan bahwa jumlahnya sesuai? Maka mari kita identifikasi setiap
unit/buah/biji batu bata merah.
Batu bata merah ke |
Menempati Koordinat
ruang |
Bata1 |
Bata1 (1.1.1) |
Bata2 |
Bata2 (1.2.1) |
Bata3 |
Bata3 (1.3.1) |
Bata4 |
Bata4 (1.4.1) |
Bata5 |
Bata5 (1.5.1) |
Bata6 |
Bata6 (1.6.1) |
Bata7 |
Bata7 (1.7.1) |
Bata8 |
Bata8 (1.8.1) |
Bata9 |
Bata9 (1.9.1) |
Bata10 |
Bata10 (1.10.1) |
Dst, sampai ke |
… |
Bata10.rty.xcv |
Bata10.rty.xcv(2we.2gh.2bn) |
Cara 1 kita hitung
sekaligus
1 × 10.rty.xcv (bata1(1.1.1) s/d
bata10.rty.xcv(2we.2gh.2bn)
Karena kita tidak bisa
menghitung sekaligus dalam satu waktu, maka kita akan menghitung setiap 10
bata.
Cara 2 kita hitung
setiap 10 bata, kemudian kita tambahan setiap 10 bata. Jadinya seperti ini
10.rty.xcv bata = bata1 (1.1.1) s/d
bata10 (1.10.1) + bata11(1.11.1) s/d bata20 (1.20.1)+
….+bata7.999.991(200.200.191) s/d bata8.000.000(200.200.200)+ … +
bata10.rty.xcv(2we.2gh.bn(bata terakhir)).
Karena kita tidak bisa
menghitung sekaligus, maka kita angsur menghitungnya setiap 10 bata, tapi
dengan demikian kita mengorbankan waktu untuk menghitungnya. Jika kita butuhkan
waktu 1 detik untuk setiap 10 bata, maka kita membutuhkan waktu sekitar
1.0rt.yxc,v (satu juta sekian) detik untuk menghitung keseluruhan batu bata
tadi. Itu berarti ada sekitar 200 jam lebih atau 12 hari lebih.
10 bata/detik × 1.0rt.yxc,v detik =
10.rty.xcvbata
Sederhananya seperti
ini
10 × 1.0rt.yxc,v = 10.rty.xcv
Bisa ditempuh dengan
cara
10 + 10 + 10 + … + v = 10.rty.xcv
Atau jika dari contoh
sebelumnya 5 × 3 = 15 bisa ditempuh dengan cara 5 + 5 + 5 = 15.
Cara pertama
menghitung dan memastikan sekaligus sebanyak 10.rty.xcv batu bata
10.rty.xcv × 1 = 10.rty.xcv atau
1 × 10.rty.xcv = 10.rty.xcv
Adalah cara Tuhan Allah subhanahu wa ta’ala dalam
menghitung atapun mengetahui segala sesuatu. Sedangkan cara kedua dengan
menghitung per 10 buah adalah cara mahluk/manusia. Cara kedua adalah upaya
manusia mengakali/mensiasati keterbatasannya dalam mengakses/membaca ruang,
maka ia akali/siasati dengan mengakses tiap 10 buah/ruang.
Dari sini kita bisa
tahu bahwa mahluk itu terikat oleh ruang
dan waktu. Sedangkan Allah subhanahu wa ta’ala itu menguasai
ruang dan waktu. Akan tetapi
mahluk/manusia itu dinamis seiring dengan waktu. Padas tidak harus menghitung
10 bata, 10 bata untuk semua bata yang harus ia pastikan. Keesokannya Padas
bisa membawa penggaris untuk menghitung volume ruang yang ditempati sejumlah bata
sehingga ia bisa mempersingkat waktu yang ia butuhkan. Begitu pula manusia,
saat ini ruang angkasa/semesta yang bisa diakses oleh manusia x milyar tahun
cahaya. Itu adalah luas/volume ruang angkasa/semesta yang bisa diakses manusia
dengan alat yang ada saat ini. Tetapi sebelum itu, manusia hanya mengakses
dengan mata telanjang saja. Kemudian manusia membuat teropong, seiring waktu
kemampuan teropong terung diperbaiki untuk melewati batas melihat/mengakses
sampai pada teropong saat ini.
Di sisi Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai
ruang dan waktu, mengetahui detil apa yang ada di dalam bumi ataupun apa yang
ada di langit adalah langsung. Oleh karena itu, alasan setiap angka / bilangan
berapapun itu pasti berpangkat satu. Karena setiap mahluk itu pasti terikat
oleh ruang dan waktu, dan tidak ada mahluk lain yang menempati ruang yang sama
diwaktu yang sama. Jika ada mahluk yang sama di koordinat ruang yang sama, maka
pasti mereka dibedakan oleh waktu. Hanya ada Allah subhanahu wa ta’ala yang menguasai ruang dan waktu saja yang
bersama mahluk di ruang dan waktu yang sama (semua bilangan pangkat satu adalah
bilangan itu sendiri). Itu adalah cara Allah
subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu baik di langit maupun di
bumi. Karena itu pula Allah subhanahu wa
ta’ala mengetahui apa yang kita lahirkan/ ucapakan ataupun yang kita
sembunyikan/ simpan dalam hati. Dengan itu pula Allah subhanahu wa ta’ala itu mengatakan bahwa Ia lebih dekat dengan kita dibandingkan dengan urat nadi leher kita.
Semua bilangan dikali
1 adalah bilangan itu sendiri, semua bilangan berpangkat satu adalah bilangan
itu sendiri. Karena di ruang dan waktu yang sama hanya ada mahluk itu sendiri
dan Allah subhanahu wa ta’ala yang
menguasai ruang dan waktu. Karena itu pula Allah
subhanahu wa ta’ala itu mengatakan jika ingin menciptakan sesuatu cukup
mengatakan jadilah maka jadi “kun fa
yakun”. Akan tetapi jika kun fa yakun
tadi ditempuh dengan cara mahluk/manusia yang memiliki keterbatasan
hasilnya bisa memerlukan jam/ hari/ bulan/ tahun bahkan bisa milyar tahun
cahaya.
Sejauh apapun manusia
membuat alat untuk melewati batas indra dan kemampuannya dalam mengakses /
membaca ruang yang ia dapati hanyalah mahlukNya. Oleh karena itu pencarian akan
Tuhan Allah subhanahu wa ta’ala adalah
dengan mengenali diri sendiri. Pencarian akan Tuhan hanya akan berujung pada
mahluk itu sendiri.
Dari kita dapatkan
hubungan bahwa mempelajari matematika secara simbol saja tidak mampu membedakan
bahwa 5 + 5 + 5 = 15 dengan 5 × 3 = 15. Tetapi dengan mengembalikan ke asal
bagaiman angka 5 itu didapat / bagaimana angka 5 itu sebelum disimbolkan,
jelaslah bedanya antara keduanya. Yang ada adalah 5 × 3 = 15 bisa ditempuh
dengan cara 5 + 5 + 5 = 15.
Ditambah bonus kita bisa memahami bagimana itu kun fa yakun dan bagimana Allah
subhanahu wa ta’ala itu mengetahui segala sesuatu. Dan juga kita juga tahu
bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala itu
menguasai ruang dan waktu, sehingga tidak ada tempat bagi kita untuk lari
atapun sembunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar