Tampilkan postingan dengan label Rombongan Musyafir. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Rombongan Musyafir. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Juni 2021

Al Kisah Rombongan Musyafir

 Ini adalah kisah tentang rombongan musyafir, silahkan menyimak.


Aku cerikan sebuah kisah untuk kamu. Kisah ini terjadi pada suatu jaman, pada jaman itu sudah menjadi umum untuk seseorang itu menjadi musyafir atau melakukan perjalanan untuk keperluan tertentu. Banyak dari orang-orang itu melakukan perjalanan untuk berdagang atau mencari keberuntungan dan memperoleh perbedaharaan dunia seperti emas dan permata. Disisi lain juga banyak orang-orang yang melakukan perjalanan demi ilmu dan pengetahuan, karena dengannya kemuliaan dan kehormatan bisa didapatkan. Pada jaman itu pula ada desas-desus tentang ada sebuah negeri yang kehidupan di negeri itu penuh kenyamanan, ketentraman, dan kemakmuran. Tidak ada cerita tentang orang kelaparan di negeri tersebut, tidak ada cerita tentang penganiayaan atau penindasan di negeri itu, dan tanah negeri itu menumbuhkan berbagai jenis tanaman dengan subur, hewan ternaknya juga gemuk-gemuk. Semua makanan di negeri itu sangatlah lezat dan begitu memanjakan lidah manusia. Di negeri itu emas yang sengaja dibuang di jalan tidak akan ada yang mengambil hingga orang yang menjatuhkan itu kembali ke tempat ia menjatuhkannya untuk mengambil emas tersebut. Segala kenyamanan dan kenikmatan dunia ada di negeri tersebut. Desas-desus tentang negeri ini menjadi buah bibir, ada yang menganggapnya itu hanya dongeng anak kecil saja, ada pula yang menyakini itu benar adanya.

Hinggga suatu saat terkumpulah banyak orang yang begitu meyakini akan keberadaan negeri itu. Dibuatlah kesepakatan diantara orang-orang itu untuk pergi menuju negeri itu. Tetapi semua dari mereka tidak tahu jalan menuju negeri tersebut, satu-satunya petunjuk menuju negeri tersebut adalah “Hanya ada satu jalan untuk sampai di negeri itu, jika kamu sudah menemukan suatu jalan yang lurus tak berbelok, maka kamu sudah sampai pada jalan menuju gerbang negeri itu.”. Kemudian permasalahan timbul diantara mereka, tidak ada jalan lurus seperti itu pada peta mereka. Google maps belum ada, apakah ada jalan lain diluar peta yang sudah ada saat ini? Tidak ada satu orangpun diantara mereka yang tahu jalan lain diluar yang telah mereka ketahui saat ini. Sebagian dari mereka menyimpulkan bahwa petunjuk itu bukanlah petunjuk tentang peta jalan sesuai kenyataan, itu adalah sandi yang harus mereka pecahkan. Bisa jadi keberadaan negeri itu tertutupi oleh tabir tak kasat mata dan untuk pergi ke sana perlu memecah sandi dari petunjuk tersebut. Terpecahlah mereka dengan dua pendapat tersebut, hingga dibuatlah sebuah kesepakatan bahwa mereka harus memilih pemimpin yang bisa membawa ke tujuan mereka. Akan tetapi diantara meraka tidak satupun yang tahu bahwa pentunjuk itu adalah sandi atau petunjuk sebenarnya, maka dibuatlah kontestasi diantara mereka yang paling banyak ilmu dan pengetahuan.

Sampailah mereka pada hari kontestasi, terpilihlah diantara mereka orang yang dianggap paling banyak ilmunya dan paling luas wawasannya. Satu dari calon pemimpin itu berpidato dan berorasi menunjukkan keilmuannya dan keluasan wawasannya, maka sebagian dari mereka riuh bertepuk tangan memuji calon tersebut. Begitu pula ketika calon pemimpin lainya berpidato dan berorasi, riuh tepuk tangan juga menyabutnya. Selesai kontestasi tersebut tidak disepakati satu pemimpinpun, akan tetapi mereka tetap harus memilih satu diantara mereka. Kemudian disepakati diadakan pilihan langsung, siapa yang memilih calon satu, bergerak ke arah kiri, yang memilih calon dua bergerak ke arah kanan. Terpilihlah satu diantara mereka dengan jumlah pendukung terbanyak. Dan mulailah pemimpin tersebut berseru kepada rombangan untuk bersiap-siap berangkat menuju negeri impian tersebut.

Waktu pemberangkatan telah tiba, berjalanlah mereka dengan membawa semua perbekalan mengikuti sang pemimpin. Dan juga telah disepakati bahwa sang setiap orang yang ikut rombongan wajib menyisihkan sedikit bekal mereka untuk diberikan kepada sang pemimpin terpilih sebagai ucapan terima kasih dan balas jasa karena telah bekerja dan mencari jalan menuju negeri impian. Setelah jauh berjalan, mereka beristirahat. Dan saat beristirahat itu ada seseorang menegur mereka.

“Siapakah kalian dan mau kemana kalian?” seru orang tersebut.

“Kami adalah rombongan musyafir yang akan menuju Negeri Batok!” jawab pemimpin rombongan musyafir itu, dengan telah membuat istilah negeri impian mereka dengan sebutan “batok”.

“Aku tahu jalan menuju negeri itu.” Jawab orang itu.

“Maukah kamu mengantarkan kami ke negeri tersebut?” Balas pemimpin rombongan.

“Tentu, tapi aku minta imbalan dari perbekalan kalian!” Jawabnya orang itu, dengan mengajukan syarat bagi rombongan musyafir itu.

“Baik tidak masalah.” Jawab mereka, sekaligus menyetujui syarat yang orang asing itu ajukan.

Berkatalah pemimpin rombongan musyafir itu kepada kelompoknya, bahwa mulai saat ini mereka harus menyisihkan sedikit tambahan lagi dari perbekalan mereka untuk membayar jasa dari orang asing tersebut.

Berjalanlah rombongan musyafir itu mengikuti sang pemimpin yang juga mengikuti orang asing itu. Sampailah mereka pada suatu negeri dimana mereka memiliki bangunan yang megah dan berciri khas. Orang asing itu pun berkata kepada rombongan itu.

“Ini adalah negeri yang kalian tuju!” Kata orang asing itu.

“Negeri ini memang megah, tapi ini bukan negeri yang kami maksud!” Balas rombongan musyafir itu.

“Di Negeri Batok itu tidak ada orang kelaparan, tetapi negeri ini meskipun megah orang banyak yang kelaparan, dan makanan juga harus dibeli. Sekalipun bisa membeli, tetapi makanannya tidak ada.” Jawab rombongan musyafir itu meneruskan.

Dari negeri yang ditunjukkan orang asing tersebut, rombongan musyafir itu membuat kesepakatan lagi bahwa mereka harus mencari pemimpin lagi untuk mencari Negeri Batok itu. Saat ini sudah biasa menyebut negeri tujuan mereka dengan istilah batok. Terpilihlah seorang dari mereka untuk mencari jalan menuju Negeri Batok tersebut. Dan rombongan musyafir itu berangkat lagi mencari Negeri Batok itu mengikuti pimpinan yang mereka pilih. Dalam perjalanan mereka, mereka bertemu juga dengan orang asing, kemudian bertanya pada rombongan musyafir itu.

“Siapakah kalian, dan mau kemana kalian?” tanya orang asing tersebut.

“Kami adalah rombongan musyafir, dan kami sedang menuju Negeri Batok!” Jawab rombongan itu.

“Oh! Negeri Batok, saya tahu dimana negeri itu berada.” Kata orang asing tersebut.

“Jika kalian mau, saya bisa mengantarkan kalian. Tetapi karena negeri itu sangat jauh, saya maunya kalian semua naik kendaraan ini.” Kata orang asing itu melanjutkan.

“Dimanakah kendaraan seperti itu ada?” Jawab rombongan itu.

“Saya ada kenalan, orang yang punya kendaraan seperti itu. Cukup banyak dan bisa muat untuk kalian semua.” Timpal orang asing itu.

“Baik, bawa kami kesana!” Jawab romongan musyafir. Dan sampailah mereka ke pemilik kendaraan yang dimaksud oleh orang asing itu.

“Saya akan antar kalian menuju negeri tersebut tanpa meminta imbalan dari kalian, dengan syarat kita semua naik kendaraan seperti ini.” Orang asing itu mulai berbicara.

“Hanya saja, pemilik kendaraan ini mau kalian membayar sewa selama kendaraanya dipakai.” Orang asing itu melanjutkan.

Terjadilah kesepakatan diantara mereka bertiga, rombongan musyafir, orang asing penunjuk arah, dan orang asing pemilik kendaraan. Kemudian berangkatlah mereka dengan kendaraan sewaan dipandu oleh orang asing tersebut. Dan dalam perjalanan, pemimpin mereka sudah membayangkan akan segera tiba di Negeri Batok. Dan pemimpin tersebut meminta sepersekian dari bekal mereka untuk membayar sewa kendaraan dan tanda jasa untuk orang asing tersebut. Harga yang pantas dan wajar untuk tiba di negeri yang tidak ada penderitaan didalamnya.

Sampailah mereka pada suatu negeri yang mana memiliki lebih banyak bangunan megah. Makanan di negeri itu juga tersedia banyak dan cukup murah. Hanya saja tetap saja ada orang yang kelaparan karena orang-orang itu tersisihkan dan dianggap berbahaya di negeri itu. Maka orang-orang musyafir itu menyimpulkan bahwa negeri itu bukanlah negeri tujuan mereka. Kembalilah mereka membuat kesepakatan lagi memilih pemimpin lagi untuk mengantarkan mereka ke Negeri Batok.

Pemimpin batu telah terpilih, lagi-lagi kejadian terulang lagi. Mereka bertemu orang asing dan menawarkan jasa untuk mengantarkan mereka. Dan lagi-lagi pemimpin yang mereka pilih meminta imbalan dari jasa pada rombongan dan untuk membayar jasa orang asing itu. Setiap tiba di suatu negeri mereka mengganti pemimpin lagi, begitu seterusnya.

Itulah cerita singkat para rombongan musyafir yang terjebak dalam siklus biro perjalanan dan belum sampai pada Negeri Batok tujuan mereka. Setiap pemimpin baru yang terpilih untuk memecah petunjuk jalan ke Negeri Batok, sudah biasa pemimpin itu meminta imbalan dulu. Padahal tujuan mereka adalah sama, bukankan cukup bagi pemimpin baru itu dibawakan bekalnya dan cukup makan untuk fokus memecah petunjuk itu. Bukankan imbalan itu pantasnya diberikan setelah pemimpin itu berhasil membawa rombongan  musyafir sampai ke negeri tujuan mereka? Bukankan pemimpin itu dipilih untuk memberikan jalan keluar atau solusi dari minimnya petunjuk jalan ke Negeri Batok itu bukan malah memaksa rombongannya untuk membayar jasanya dan jasa penunjuk arah? Masih pantaskan pemimpin itu meminta imbalan jika, tugasnya memecah petunjuk itu sudah dilimpahkan ke orang asing itu? Tidakkah mereka curiga terhadap orang asing itu, jika memang orang asing itu tahu jalan ke Negeri Batok, sudah tentu mereka tidak ada di sini? Bukankah diluar rombongan musyafir itu ada dua rombongan lagi yang mempunyai tujuan mereka masing-masing? Bisa jadi orang asing itu adalah kelompok orang yang mengejar harta kekayaan berupa emas dan permata. Atau orang asing itu kelompok orang yang menjual ilmu dan pengetahuan demi kedudukan dan kehormatan.

Kasihan sekali rombongan musyafir itu, mereka lupa akan tujuan mereka. Setiap pemimpin yang terpilih selalu melimpahkan tanggung jawabnya pada orang asing. Setiap pemimpin yang terpilih hanya sibuk membuat negeri impiannya sendiri, dan melupakan tujuan ke Negeri Batok yang sesungguhnya. Semoga saja mereka kelak memiliki pemimpin yang mampu memecah kode sandi dari jalan menuju keberadaan Negeri Batok itu.

Tunggu-tunggu sebentar, Waduh Celaka! Sejak kapan aku berada dalam rombongan musyafir ini. Padahal sebelumnya aku sedang istirahat, kenapa tiba-tiba aku sudah berada dalam rombongan musyafir ini. Hai Kalian yang mendengarkan ceritaku ini, tolong bangunlah atau bangunkan aku. Aku berharap aku hanya bermimpi berada dalam rombongan musyafir ini. Ayo siapa saja yang mendengarkan ceritaku ini, tolong sadarkan aku.


The Missing Link is Zero : Empty

  This article was written in Indonesian and a little Javanese. I wrote this article using a lot of synonyms, with the intention of describi...