Tampilkan postingan dengan label Asal Usul Bilangan Prima. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asal Usul Bilangan Prima. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Juni 2021

Mengenal Konsep Bilangan Prima

 Mengenal Konsep Bilangan Prima




Bilangan prima adalah bilangan yang hanya bisa dibagi oleh satu dan bilangan itu sendiri. Atau bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki 2 faktor. Apa yang dimaksud dengan faktor bilangan? Faktor bilangan adalah bilangan yang bisa menjadi sebab pembentuk / adanya bilang itu. Berikut adalah ilustrasinya

Sebelum saya membuat ilustrasi tentang faktor pembentukkan bilang, kita perlu memahami tentang sistem operasi bilangan. Ini sudah pernah saya tulis di artikel saya yang berjudul “Mengenal Sistem Operasi” atau “Mengenal Makna Sistem Operasi Bilangan”. Baik singkat saja tentang sistem operasi bilangan, dalam sistem operasi bilangan ada, perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan. Perkalian adalah sebab yang mengakibatkan jumlah (Penjumlahan) itu ada. Perkalian berpasangan dengan Pembagian, sedangkan Penjumlahan berpasangan dengan Pengurangan. Oleh karena itu setiap operasi bilangan urutan pengoperasiannya pasti perkalian dulu, kemudian pembagian, lalu penjumlahan dan terakhir pengurangan. Adanya pasang-pasangan, “Sebab-Akhibat, Perkalian-Pembagian, Penjumlahan-Pengurangan”, adalah sesusai dengan sifat yang mengikat mahluk (ciptaan). Hal ini seperti yang saya jelaskan pada artikel tentang “makna angka satu (1) sampai dengan sepuluh (10)”.



Gambar hubungan perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan.

Kali dan bagi adalah sebab, jumlah dan kurang adalah akibat. Kali adalah pertemuan / penyatuan, Bagi adalah perpisahan / penguraian. Kali berpasangan dengan bagi, begitupula jumlah berpasangan dengan kurang.

Mari kita mulai ilustrasinya. Untuk ilustrasi kita akan menggunakan bilangan dari satu sampai dengan sepuluh.

Satu (1)

1 = 1, 1 = 1 X 1, 1 = 1 : 1, maka tidak ada faktor pembentuk dari angka satu. Satu ya satu itu sendiri, satu tidak berasal dari bilangan manapun, tidak ada bilangan lain yang mampu membentuk satu. Karena itu satu itulah Tuhan, Dialah sang pencipta, Dia ada dan karena itu pula semesta ini ada. Kita tidak bisa mengatakan bahwa faktor adanya satu ya satu. Menurut saya, satu ya satu tanpa sebab, tanpa alasan, tanpa faktor lain. Dia ada, dan memang sudah ada, tetapi dalam bahasa matematika simbol, bolehlah kita berdamai, berkompromi bahwa faktor dari satu ya satu. Meskipun secara bahasa komunikasi rasanya aneh.

Dua (2)

2 = 2 X 1, maka faktor pembentukan dari angka 2 ada 2 yaitu, 2 dan 1. Sebab adanya angka 2 adalah angka 2 itu sendiri dan 1. Mari kita keluar sejenak dari matematika simbol, kita keluar melihat dunianya nyata. 2 dikatakan 2 itu karena adanya perbedaan. Sesuatu itu dikatakan sepasang (2) karena berbeda. Ada laki-laki : ada perempuan, ada siang : ada malam, ada gelap : ada terang, ada sebab : ada akibat dan seterusnya. Oleh karena itu, berpasang-pasang menjadi sifat dari mahluk (ciptaan), berpasang-pasang menjadi pengikat bahwa itu mahluk. Sedangkan Sang Pencipta, itu jelas berbeda dari mahlukNya. Maka dari itu maka sebab adanya berpasang-pasangan karena adanya sang pencipta. Sebab adanya 2 ya karena 2 itu sendiri dan 1 (Sang Pencipta). Artikel saya tentang “Makna Sistem Operasi Bilangan” dan “Makna Angka 1 Sampai 10” mungkin bisa sedikit membantu menjelaskan.

Tiga (3)

3 = 3 X 1, Maka sebab (faktor) adanya angka 3 yaitu 3 dan 1. Dalam artikel saya yang saya sebutkan di atas. Saya menerangkan jika tiga itu adalah lambang dari padat, cair, dan gas. Sebab adanya semua itu, ya karena Sang Pencipta.

Empat (4)

4 = 4 X 1

4 = 2 X 2, maka faktor adanya angka 4 ada 3 yaitu 4, 2, dan 1. Di sini sebab adanya 4 yaitu 4 itu sendiri, kemudian 2 dan 1. Di artikel sebelumnya saya mengatakan bahwa 4 adalah simbol dari api. Api sebagai sumber panas untuk memulai adanya aksi  dan reaksi. Untuk memulai suatu siklus dari makluk.

Lima (5)

5 = 5 X 1, maka faktor pembentuk angka 5 ada 2 yaitu 5 itu sendiri dan 1. Mungkin sampai sini masih ada yang bingung, mengapa faktor atau sebab pembentuk angka atau bilangan itu adalah perkalian atau pembagian? Sebetulnya jawaban tentang ini sudah lengkap saya tulis di artikel tentang “Sistem Operasi Bilangan” tapi akan saya jelaskan dengan cara lain di sini atau lebih singkat. Mengapa 5 berasal dari 5 kali 1, bukannya 5 berasal dari 4 + 1, atau 3 +2, atau 1+1+1+1+1? Hal ini karena penjumlahan itu hanyalah sebuah akibat, bukan menjadi sebab terjadinya sesuatu. Contohnya, jumlah gaya yang bekerja pada sebuah benda berbanding lurus dengan massa benda dan percepatan (jarak dibagi waktu kuadrat).



Maka akan kita dapatkan F = [Kg][M]/[S]2 , F = [N], [N] = [Kg][M]/[S]2. Satuan Newton adalah sesuatu yang baru dan itu dihasilkan dari pertemuan / Perkalian massa dan jarak dibagi waktu kuadrat. Maka di sini kita bisa melihat sebab terjadinya / pembentukan mahluk (ciptaan) atau sesuatu yang baru adalah perkalian dan pembagian, bukan penjumlahan. Karena penjumlahan tidak bisa dioperasikan jika elemen-elemennya berbeda, contohnya massa ditambah jarak dikurangi waktu, tidak bisa dioperasikan. 

Penjelasan lain, mari kita bawa matematika ini jalan-jalan keluar, bukan matematika sekedar simbol. Karena jika hanya simbol kita tidak bisa membedakan antara hasil 5 = 5 X 1, dengan 5 = 1 + 1 + 1 +1 + 1, semua akan terlihat sama jika itu hanya simbol atau notasi. Mengapa 5 dikatakan 5, karena setiap satuannya berbeda. Jika dalam artikel saya “Mengenal angka 1 sampai 10” itu saya mengatakan bahwa lima adalah simbol dari panca indra (5 indra), maka semua indra itu berbeda semua bentuk dan fungsinya. Mengapa 5 apel dalam mangkuk dikatakan lima, padahal sama-sama apel? Karena kita sebagai mahluk itu terikat ruang dan waktu. Mengapa ada 5 apel karena setiap dari apel itu menempati koordinat ruang yang berbeda, meskipun dalam waktu yang sama. Di sini ruang dan waktu juga termasuk ciptaan yang saling berpasangan. Dan di sini satu itu adalah selalu terlibat dalam setiap penciptaan mahluk. Dan Satu ini sudah pasti berbeda dari mahlukNya. Dan jangan salah logika bahwa mahluk / ciptaan ini ada karena bahan bakunya diambil dari yang satu, ini adalah anggapan atau logika yang keliru tentang penciptaan dan kekeliruan dari penggunaan kali bagi tambah dan kurang, masih ada anggapan bahwa penciptaan mahluk itu dari penjumlahan atau pengurangan.

Enam (6)

6 = 6 X 1

6 = 2 X 3, maka faktor dari angka 6 ada 4 yaitu, 6,3,2, dan 1. Enam bisa ada karena langsung diciptakan ada (6), atau enam bisa ada karena pertemuan atau perkalian dua dan tiga. Contoh panas-dingin (2) bertemu (X) batu, air, dan udara(3) maka hasilnya (=) batu panas, air panas, udara panas, batu dingin, air dingin, udara dingin (6). Saya mengatakan bahwa enam adalah simbol dari waktu, karena waktu muncul ketika bahan sudah ada, padat, cair dan gas, terkena panas / api dan sudah bisa diamati dengan indra (5) maka muncul waktu reaksi atau waktu siklus.

Tujuh (7)

7 = 7 X 1, maka faktor pembentuk angka 7 ada 2 yaitu tujuh itu sendiri dan satu. Saya katakan bahwa tujuh melambangkan tujuh tingkat dari aksi-reaksi dalam kurun waktu tertentu. Ada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.

Delapan (8)

8 = 8 X 1

8 = 2 X 4, maka faktor pembentukan angka 8 ada 4 yaitu 8,4,2, dan 1. Saya katakan bahwa delapan adalah kelengkapan dimana setelah aksi-reaksi menghasilkan 7 tingkat ruang dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya butuh kelengkapan untuk mengisi setiap ruang itu, itulah delapan.

Sembilan (9)

9 = 9 X 1

9 = 3 X 3, maka faktor pembentukan angka 9 ada 3 yaitu, 9, 3, dan 1. Sembilan melambangkan manusia, dan manusia memiliki keistimewaan tersendiri sebagai mahluk / ciptaan Tuhan. Semua angka yang dipertemukan dengan sembilan, atau yang berhasil diurai dengan sembilan makan jika dijumlahkan angkanya kembali menjadi sembilan. Contoh, 729 jika dijumlahkan 7 + 2 + 9 = 18, 1 + 8 = 9. Dan bilangan berapapun yang hasil kali sembilan atau habis dibagi sembilan, maka jika dijumlahkan hasilnya kembali menjadi sembilan. Itu adalah keistimewaan angka sembilan. Dan itu juga berarti peringatan untuk kita. Karena Penjumlahan itu adalah akibat, maka semua apapun itu yang disebabkan campur tangan manusia, maka dia atau hasilnya akan kembali kepada manusia itu. Karena itu semua perbuatan manusia itu akan kembali atau menjadi tanggung jawab manusia itu. Semua apa yang kita kerjakan itu akan kita pertanggungjawabkan. Ini keistimewaan atau beban ya? Maka dari itu, hari pertanggungjawaban itu adalah pasti akan tiba, terserah kamu mau bersiap diri atau mengabaikannya.

Sepuluh (10)

10 = 10 X 1

10 = 2 X 5, maka faktor pembentukan angka 10 ada 4 yaitu 10, 5, 2, dan 1. Sepuluh melambangkan kembali ke Tuhan, nol itu adalah kematian dan kemudian kembali ke 1 (Tuhan). Jika kita susun angan satu sampai dengan sepuluh mengikuti kaidah tangan kanan, atau berlawan dengan arah jarum jam. Keunikan angka sepuluh adalah semua angka yang dikalikan dengan angka 10 akan berubah menjadi 10 lipat, atau akan yang dibagi dengan 10 akan berubah / berkurang 10 lipat. Artinya jika kita manusia (9) dalam hidup ini, sering kembali / bertemu dengan Tuhan (shalat), maka nilai kita (pangkat, derajat, dll) itu meningkat 10 kali (90). Dan apapun yang kita usahakan kita kembalikan kepada Tuhan, maka balasnya menjadi 10 kali. Bayangkan jika kita mengerjakannya 5 kali sekali. Atau semua yang kita usahakan kita kembalikan hasilnya kepada sang pencipta itu.

Baik kita kembali ke Konsep Bilagan Prima

Dari penjelesan di atas kita bisa menarik simpulan atau menggolongkan mana bilangan prima, yang mana bukan bilangan prima kurang dari 10

1 bukan bilangan prima karena hanya memiliki 1 faktor (tanpa faktor menurut saya), 2 bilangan prima, 3 bilangan prima, 4 bukan bilangan prima, 5 bilangan prima, 6 bukan bilangan prima, 7 bilangan prima, 8 bukan bilangan prima, 9 bukan bilangan prima, 10 bukan bilangan prima.

Jika kita kelompokan

Bilangan prima adalah 2,3,5,7.

Bukan bilangan prima adalah 4,6,8,9,10

Berikut ini saya buatkan diagram bilangan prima kurang dari 100



Gambar diagram bilangan prima kurang dari 100.

Dari diagram kita bisa melihat, Sang Pencipta (1) itu ada di tengah, menjadi faktor atau sebab bilangan lain (mahluk) itu ada. Tidak ada satu bilanganpun yang sebab terjadinya tanpa adanya satu. Maka semua yang terjadi di bumi dan alam semesta ini adalah karena penciptaan. Tidak ada satupun yang terjadi di bumi dan alam semesta ini tanpa izin Sang Pencipta. Tidak ada satupun sesuatu yang terjadi di bumi dan alam semesta ini, melainkan pasti diketahui oleh Sang Pencipta.

Dari diagram, jika kita lihat, lingkaran tengah ada angka 1, kemudian lingkaran dalam ada angka 2 sampai 10, yang berarti ada 9 angka. Lalu lingkaran luar ada angka 11 sampai 100, maka ada 90 angka. Jika kita buatkanlagi lingkaran lagi diluar maka akan ada angka 101 sampai 1.000, yang berarti ada 900 angka begitu seterusnya. Maka sangat benar jika manusia (9) itu dikatakan sebagai wakil dari Sang Pencipta (khalifahtullah), karena semua yang terjadi dalam alam semesta itu dikembalikan lagi kepada manusia (tanggung jawabnya kepada manusia).

“Mas Kus, kenapa diagram lingkarannya didesain seperti itu?”

“Waduh ciloko iki! Lapo kowe kok takon ngono kuwi barang? Wong kuwi sengojo tak gawe ben iso ngedrabus neng kowe kok, malah kok takoni. Bah bah lomoh iku karepku.”

Selanjutnya dari diagram selain kita bisa tahu mengapa manusia dikatakan khalifah (wakil dari Tuhan) di Bumi. Kita juga bisa tahu bahwa alasan diciptakannya bumi langit dan seisinya karena manusia (9) (jika kita lihat diagram di atas, kemudian angka 2 dan seterusnya adalah mahluk termasuk jagat raya, maka setiap interval dari lingkaran itu 9,90,900,9.000, dst, adalah lambang dari manusia. Artikel saya mengenal angka 1 sampai 10), akan tetapi mungkin waktu itu bukan wujud manusia seperti sekarang ini tapi masih berwujud nur Muhammad. Dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menggelola semua setelah tiba di bumi.

Kembali ke konsep Bilangan Prima, mengapa 2 menjadi satu-satunya bilangan genap sekaligus menjadi bilangan prima? Sedangkan bilangan prima yang lain sudah pasti bilangan ganjil. Dan tidak ada satupun bilangan ganjil yang faktor pembentukannya itu melibatkan angka 2. Karena 2 adalah sifat yang disematkan kepada mahluk (ciptaan) yaitu berpasang-pasangan. Hal ini menjadi pembeda antara mahluk dan Sang Pencipta. Maka semua mahluk itu pasti berpasang-pasangan, walaupun dalam proses terjadinya bilangan ganjil itu tidak melibatkan angka 2 tetapi ia (bilangan ganjil itu) terikat oleh sifat berpasang-pasangan. Atau setiap mahluk itu pasti terikat oleh ruang dan waktu. Ruang dan waktu adalah mahluk unik yang berpasangan dan mengikat mahluk lainnya. Dan 2 masuk dalam kategori bilangan prima, karena bilangan prima itu sangat unik sebab terjadinya itu langsung diciptakan oleh Tuhan itu sendiri. Maka 2 masuk kedalam bilangan prima yang mana bilangan prima itu adalah bilangan ganjil yang paling ganjil karena tidak bisa dibuat dari bilangan lain. Contoh 9 = 3 X 3. Maka layaklah 2 masuk dalam bilangan prima. Jika kita lihat bilangan prima sebagai mahluk, maka setiap mahluk itu pasti terikat oleh ruang dan waktu. Sudah menjadi ketetapan bahwa mahluk itu menempati ruang dan terikat oleh waktu, meskipun itu adalah mahluk yang diciptakan sekali saja (bilangan prima).

Baik mari kita bawa konsep bilangan prima ini ke dunia nyata. Dalam dunia nyata, sebuah mahluk itu terikat oleh ruang dan waktu. Termasuk dalam bilangan prima, yaitu mahluk yang unik yang hanya akan Allah ciptakan sekali saja dan dalam ruang waktu tertentu. Maka fenomena Covid-19 (Corona) ini bisa jadi ini adalah perwujudan dari mahluk bilangan prima. Bisa jadi corona ini adalah bentuk dari mahluk yang mempunyai sifat dari bilangan prima. Diciptakan sekali dalam ruang waktu tertentu dan akan berakhir dalam masa tertentu. Meskipun dalam perjalanan Corona ada teori bahwa Corona ini adalah virus yang sengaja diciptakan untuk membuat kegaduhan atau senjata biologis untuk mengerem ekonomi. Atau merusak laju ekonomi negara tertentu atau kelompok negara tertentu. Tapi jangan lupa bahwa, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas izin dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan Allah.

Jika benar corona ini memiliki sifat bilangan prima, maka ia memiliki sifat membawa tanda perubahan. Karena sifat bilangan prima itu tidak bisa dirumuskan, maka yang terjadi setelahnya biasanya hitungannya berubah. Seperti apakah tren yang terjadi setelah Corona ini berakhir? Aku tidak tahu, karena tidak cukup pengetahuanku akan Corona ini adalah wujud dari bilangan prima yang kesekian. Belum lagi masa ini sudah pada masa / waktu yang seberapa hitungannya. Satu-satunya hal yang pasti adalah kita harus menyiapkan diri akan perubahan itu. Dan perubahan yang paling baik adalah berserah diri kepada sang pencipta. Baca lagi keterangan angka sepuluh. Dan mengenal Sang Pencipta itu adalah cara berserah diri yang paling baik. Dan semua artikel yang sebelumnya saya tulis saya maksudkan adalah untuk lebih mengenal Sang Pencipta.

Saya menduga bahwa Corona adalah layaknya bilangan prima, atau mahluk yang diciptakan dan diizikan keluar pada suatu waktu (bersama dengan kita saat ini), dan setiap mahluk itu pasti ada batas berakhirnya. Kemudian karena memiliki sifat bilangan prima, maka ia juga akan membawa tanda perubahan dalam perjalanannya. Oleh karena itu, sikap kita yang benar adalah menyiapkan diri untuk berubah mulai saat ini. Dan perubahan yang paling baik adalah kembali kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu wa ta’ala. Semua yang terjadi di dunia ini atas izin Allah, semua yang terjadi diketahui dengan detil oleh Allah, semuanya akan dikembalikan kepada Allah. Dan pilihan terbaik adalah berserah diri kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Wasalam Raden Kuswanto

The Missing Link is Zero : Empty

  This article was written in Indonesian and a little Javanese. I wrote this article using a lot of synonyms, with the intention of describi...