Ini adalah kisah tentang rombongan musyafir, silahkan menyimak.
Aku cerikan sebuah kisah untuk kamu. Kisah ini terjadi pada
suatu jaman, pada jaman itu sudah menjadi umum untuk seseorang itu menjadi
musyafir atau melakukan perjalanan untuk keperluan tertentu. Banyak dari
orang-orang itu melakukan perjalanan untuk berdagang atau mencari keberuntungan
dan memperoleh perbedaharaan dunia seperti emas dan permata. Disisi lain juga
banyak orang-orang yang melakukan perjalanan demi ilmu dan pengetahuan, karena
dengannya kemuliaan dan kehormatan bisa didapatkan. Pada jaman itu pula ada
desas-desus tentang ada sebuah negeri yang kehidupan di negeri itu penuh
kenyamanan, ketentraman, dan kemakmuran. Tidak ada cerita tentang orang
kelaparan di negeri tersebut, tidak ada cerita tentang penganiayaan atau
penindasan di negeri itu, dan tanah negeri itu menumbuhkan berbagai jenis
tanaman dengan subur, hewan ternaknya juga gemuk-gemuk. Semua makanan di negeri
itu sangatlah lezat dan begitu memanjakan lidah manusia. Di negeri itu emas
yang sengaja dibuang di jalan tidak akan ada yang mengambil hingga orang yang
menjatuhkan itu kembali ke tempat ia menjatuhkannya untuk mengambil emas
tersebut. Segala kenyamanan dan kenikmatan dunia ada di negeri tersebut.
Desas-desus tentang negeri ini menjadi buah bibir, ada yang menganggapnya itu
hanya dongeng anak kecil saja, ada pula yang menyakini itu benar adanya.
Hinggga suatu saat terkumpulah banyak orang yang begitu
meyakini akan keberadaan negeri itu. Dibuatlah kesepakatan diantara orang-orang
itu untuk pergi menuju negeri itu. Tetapi semua dari mereka tidak tahu jalan
menuju negeri tersebut, satu-satunya petunjuk menuju negeri tersebut adalah
“Hanya ada satu jalan untuk sampai di negeri itu, jika kamu sudah menemukan
suatu jalan yang lurus tak berbelok, maka kamu sudah sampai pada jalan menuju
gerbang negeri itu.”. Kemudian permasalahan timbul diantara mereka, tidak ada
jalan lurus seperti itu pada peta mereka. Google maps belum ada, apakah ada
jalan lain diluar peta yang sudah ada saat ini? Tidak ada satu orangpun
diantara mereka yang tahu jalan lain diluar yang telah mereka ketahui saat ini.
Sebagian dari mereka menyimpulkan bahwa petunjuk itu bukanlah petunjuk tentang
peta jalan sesuai kenyataan, itu adalah sandi yang harus mereka pecahkan. Bisa
jadi keberadaan negeri itu tertutupi oleh tabir tak kasat mata dan untuk pergi
ke sana perlu memecah sandi dari petunjuk tersebut. Terpecahlah mereka dengan
dua pendapat tersebut, hingga dibuatlah sebuah kesepakatan bahwa mereka harus
memilih pemimpin yang bisa membawa ke tujuan mereka. Akan tetapi diantara meraka
tidak satupun yang tahu bahwa pentunjuk itu adalah sandi atau petunjuk
sebenarnya, maka dibuatlah kontestasi diantara mereka yang paling banyak ilmu
dan pengetahuan.
Sampailah mereka pada hari kontestasi, terpilihlah diantara
mereka orang yang dianggap paling banyak ilmunya dan paling luas wawasannya.
Satu dari calon pemimpin itu berpidato dan berorasi menunjukkan keilmuannya dan
keluasan wawasannya, maka sebagian dari mereka riuh bertepuk tangan memuji
calon tersebut. Begitu pula ketika calon pemimpin lainya berpidato dan berorasi,
riuh tepuk tangan juga menyabutnya. Selesai kontestasi tersebut tidak
disepakati satu pemimpinpun, akan tetapi mereka tetap harus memilih satu
diantara mereka. Kemudian disepakati diadakan pilihan langsung, siapa yang memilih
calon satu, bergerak ke arah kiri, yang memilih calon dua bergerak ke arah
kanan. Terpilihlah satu diantara mereka dengan jumlah pendukung terbanyak. Dan
mulailah pemimpin tersebut berseru kepada rombangan untuk bersiap-siap
berangkat menuju negeri impian tersebut.
Waktu pemberangkatan telah tiba, berjalanlah mereka dengan
membawa semua perbekalan mengikuti sang pemimpin. Dan juga telah disepakati
bahwa sang setiap orang yang ikut rombongan wajib menyisihkan sedikit bekal
mereka untuk diberikan kepada sang pemimpin terpilih sebagai ucapan terima
kasih dan balas jasa karena telah bekerja dan mencari jalan menuju negeri
impian. Setelah jauh berjalan, mereka beristirahat. Dan saat beristirahat itu
ada seseorang menegur mereka.
“Siapakah kalian dan mau kemana kalian?” seru orang
tersebut.
“Kami adalah rombongan musyafir yang akan menuju Negeri
Batok!” jawab pemimpin rombongan musyafir itu, dengan telah membuat istilah
negeri impian mereka dengan sebutan “batok”.
“Aku tahu jalan menuju negeri itu.” Jawab orang itu.
“Maukah kamu mengantarkan kami ke negeri tersebut?” Balas
pemimpin rombongan.
“Tentu, tapi aku minta imbalan dari perbekalan kalian!” Jawabnya
orang itu, dengan mengajukan syarat bagi rombongan musyafir itu.
“Baik tidak masalah.” Jawab mereka, sekaligus menyetujui
syarat yang orang asing itu ajukan.
Berkatalah pemimpin rombongan musyafir itu kepada
kelompoknya, bahwa mulai saat ini mereka harus menyisihkan sedikit tambahan
lagi dari perbekalan mereka untuk membayar jasa dari orang asing tersebut.
Berjalanlah rombongan musyafir itu mengikuti sang pemimpin
yang juga mengikuti orang asing itu. Sampailah mereka pada suatu negeri dimana
mereka memiliki bangunan yang megah dan berciri khas. Orang asing itu pun
berkata kepada rombongan itu.
“Ini adalah negeri yang kalian tuju!” Kata orang asing itu.
“Negeri ini memang megah, tapi ini bukan negeri yang kami
maksud!” Balas rombongan musyafir itu.
“Di Negeri Batok itu tidak ada orang kelaparan, tetapi
negeri ini meskipun megah orang banyak yang kelaparan, dan makanan juga harus
dibeli. Sekalipun bisa membeli, tetapi makanannya tidak ada.” Jawab rombongan
musyafir itu meneruskan.
Dari negeri yang ditunjukkan orang asing tersebut, rombongan
musyafir itu membuat kesepakatan lagi bahwa mereka harus mencari pemimpin lagi
untuk mencari Negeri Batok itu. Saat ini sudah biasa menyebut negeri tujuan
mereka dengan istilah batok. Terpilihlah seorang dari mereka untuk mencari
jalan menuju Negeri Batok tersebut. Dan rombongan musyafir itu berangkat lagi
mencari Negeri Batok itu mengikuti pimpinan yang mereka pilih. Dalam perjalanan
mereka, mereka bertemu juga dengan orang asing, kemudian bertanya pada
rombongan musyafir itu.
“Siapakah kalian, dan mau kemana kalian?” tanya orang asing
tersebut.
“Kami adalah rombongan musyafir, dan kami sedang menuju
Negeri Batok!” Jawab rombongan itu.
“Oh! Negeri Batok, saya tahu dimana negeri itu berada.” Kata
orang asing tersebut.
“Jika kalian mau, saya bisa mengantarkan kalian. Tetapi
karena negeri itu sangat jauh, saya maunya kalian semua naik kendaraan ini.”
Kata orang asing itu melanjutkan.
“Dimanakah kendaraan seperti itu ada?” Jawab rombongan itu.
“Saya ada kenalan, orang yang punya kendaraan seperti itu.
Cukup banyak dan bisa muat untuk kalian semua.” Timpal orang asing itu.
“Baik, bawa kami kesana!” Jawab romongan musyafir. Dan
sampailah mereka ke pemilik kendaraan yang dimaksud oleh orang asing itu.
“Saya akan antar kalian menuju negeri tersebut tanpa meminta
imbalan dari kalian, dengan syarat kita semua naik kendaraan seperti ini.” Orang
asing itu mulai berbicara.
“Hanya saja, pemilik kendaraan ini mau kalian membayar sewa
selama kendaraanya dipakai.” Orang asing itu melanjutkan.
Terjadilah kesepakatan diantara mereka bertiga, rombongan
musyafir, orang asing penunjuk arah, dan orang asing pemilik kendaraan.
Kemudian berangkatlah mereka dengan kendaraan sewaan dipandu oleh orang asing
tersebut. Dan dalam perjalanan, pemimpin mereka sudah membayangkan akan segera
tiba di Negeri Batok. Dan pemimpin tersebut meminta sepersekian dari bekal mereka
untuk membayar sewa kendaraan dan tanda jasa untuk orang asing tersebut. Harga
yang pantas dan wajar untuk tiba di negeri yang tidak ada penderitaan
didalamnya.
Sampailah mereka pada suatu negeri yang mana memiliki lebih
banyak bangunan megah. Makanan di negeri itu juga tersedia banyak dan cukup
murah. Hanya saja tetap saja ada orang yang kelaparan karena orang-orang itu
tersisihkan dan dianggap berbahaya di negeri itu. Maka orang-orang musyafir itu
menyimpulkan bahwa negeri itu bukanlah negeri tujuan mereka. Kembalilah mereka
membuat kesepakatan lagi memilih pemimpin lagi untuk mengantarkan mereka ke
Negeri Batok.
Pemimpin batu telah terpilih, lagi-lagi kejadian terulang
lagi. Mereka bertemu orang asing dan menawarkan jasa untuk mengantarkan mereka.
Dan lagi-lagi pemimpin yang mereka pilih meminta imbalan dari jasa pada
rombongan dan untuk membayar jasa orang asing itu. Setiap tiba di suatu negeri
mereka mengganti pemimpin lagi, begitu seterusnya.
Itulah cerita singkat para rombongan musyafir yang terjebak
dalam siklus biro perjalanan dan belum sampai pada Negeri Batok tujuan mereka. Setiap
pemimpin baru yang terpilih untuk memecah petunjuk jalan ke Negeri Batok, sudah
biasa pemimpin itu meminta imbalan dulu. Padahal tujuan mereka adalah sama,
bukankan cukup bagi pemimpin baru itu dibawakan bekalnya dan cukup makan untuk
fokus memecah petunjuk itu. Bukankan imbalan itu pantasnya diberikan setelah
pemimpin itu berhasil membawa rombongan
musyafir sampai ke negeri tujuan mereka? Bukankan pemimpin itu dipilih
untuk memberikan jalan keluar atau solusi dari minimnya petunjuk jalan ke
Negeri Batok itu bukan malah memaksa rombongannya untuk membayar jasanya dan
jasa penunjuk arah? Masih pantaskan pemimpin itu meminta imbalan jika, tugasnya
memecah petunjuk itu sudah dilimpahkan ke orang asing itu? Tidakkah mereka
curiga terhadap orang asing itu, jika memang orang asing itu tahu jalan ke
Negeri Batok, sudah tentu mereka tidak ada di sini? Bukankah diluar rombongan
musyafir itu ada dua rombongan lagi yang mempunyai tujuan mereka masing-masing?
Bisa jadi orang asing itu adalah kelompok orang yang mengejar harta kekayaan
berupa emas dan permata. Atau orang asing itu kelompok orang yang menjual ilmu
dan pengetahuan demi kedudukan dan kehormatan.
Kasihan sekali rombongan musyafir itu, mereka lupa akan
tujuan mereka. Setiap pemimpin yang terpilih selalu melimpahkan tanggung
jawabnya pada orang asing. Setiap pemimpin yang terpilih hanya sibuk membuat
negeri impiannya sendiri, dan melupakan tujuan ke Negeri Batok yang
sesungguhnya. Semoga saja mereka kelak memiliki pemimpin yang mampu memecah
kode sandi dari jalan menuju keberadaan Negeri Batok itu.
Tunggu-tunggu sebentar, Waduh Celaka! Sejak kapan aku berada
dalam rombongan musyafir ini. Padahal sebelumnya aku sedang istirahat, kenapa
tiba-tiba aku sudah berada dalam rombongan musyafir ini. Hai Kalian yang
mendengarkan ceritaku ini, tolong bangunlah atau bangunkan aku. Aku berharap
aku hanya bermimpi berada dalam rombongan musyafir ini. Ayo siapa saja yang
mendengarkan ceritaku ini, tolong sadarkan aku.