Mas Kus : “Kal! Kenapa ada siang ada malam?”
Akal : “Karena bumi berotasi pada
porosnya.”
Mas Kus : “Efeknya ada siang ada malam?”
Akal : “Betul.”
Mas Kus : “Mengapa bumi berotasi Kal? Apa
penyebab bumi berotasi?”
Akal : “Karena gaya gravitasi ke arah
pusat bumi, dan gaya gravitasi tarik menarik antar bumi, matahari dan bulan.”
Mas Kus : “Apakah itu sudah cukup untuk
menjelaskan mengapa bumi ini berputar pada pada porosnya atau berotasi Kal?”
Mas Kus : “Rotasi bumi menjadi sebab siang malam,
perbedaan waktu, pasang surut air laut dan seterusnya. Tapi apakah rotasi ini
adalah sebab terakhir atau ada sebab
lain?”
Akal : “Maksude piye iki?”
Mas Kus : “Gasing itu kan juga berputar pada
porosnya Kal! Gasing itu berputar karena kehendaknya sendiri, atau diputar oleh
pemiliknya?”
Akal : “Ok ok, maksudnya Mas Kus, sejak
kapan benda mati itu punya kehendak gitu!”
Mas Kus : “Yap! Bolehlah kita sebut gaya gravitasi
sebagai mekanisme berputarnya bumi pada porosnya. Tapi sejak kapan bumi mulai
berotasi?”
Akal : “Bagaimana dengan teori ledakan
besar Mas?”
Mas Kus : “Maksudnya sejak meledak itu, materi
terlontar dan berputar?”
Mas Kus : “Ledakkan itu apa pemicunya? Mengapa tiba-tiba
meledak? Sebetulnya ledakkan itu akibat apa sebab?”
Akal : “hmm, piye iki? Sederhananya
gimana ini Mas Kus?”
Mas Kus : “Gini Kal, Lihat sepeda motor, atau
mobil. Jika roda sepeda motor itu seperti planet dan bintang, maka berputarnya
roda pada porosnya itu seperti planet bumi berotasi.”
Mas Kus : “Kemudian kita tahu bahwa perputaran
roda itu disebabkan ledakan pembakaran yang terjadi di mesin dan piston
bergerak.”
Mas Kus : “Maka teori yang ada saat ini hanya
mampu melihat sampai kepergerakan piston saja, atau awal mula piston bergerak,
sampai pada bergeraknya roda-roda.”
Mas Kus : “Teori itu belum sampai ke pemicu awal
ledakan / pembakaran pertama pada mesin, yaitu dengan starter elektrik atau
kick stater.”
Mas Kus : “Belum juga sampai pada subyek / pelaku
yang membuat starter elektrik atau kick stater bekerja.”
Mas Kus : “Tidak pula teori itu menyentuh bahwa
sang pelaku masih menjaga tuas gas agar roda tetap berputar.”
Akal : “hmm, gitu ya!”
Mas Kus : “Menurutku ngono.”
Akal : “Kenapa bisa begitu Mas?”
Mas Kus : “Karena kita datang belakangan setelah
semua sistem itu bekerja. Kita tidak sempat melihat pertama kali starter itu
dinyalakan. Dan starter dinyalakan hanya satu kali, selama sistem sudah
berjalan tidak ada starter kedua atau ketiga. Itu yang tidak bisa ditangkap
atau diindra oleh para ilmuan.”
Mas Kus : “Yang bisa dilihat adalah hanya pada
sistem sudah bekerja lalu ditarik kesimpulan bahwa sistem itu bekerja dengan
sendirinya. Otomatis jarene.”
Mas Kus : “Satu yang luput dari simpulan itu
adalah bahwa dengan begitu kita telah meletakkan subyek sekaligus obyek.”
Mas Kus : “Kita lupa bahwa matahari, planet dan
satelitnya semua benda mati, dengan menganggap bahwa bumi berotasi dengan
sendirinya berarti kita menganggap bahwa bumi itu subyek sekaligus obyek.”
Mas Kus : “Sama halnya dengan roda, piston, gir,
itu bergerak dengan sendirinya.”
Mas Kus : “Semua itu adalah benda mati, sejak
kapan benda mati itu bisa bergerak dengan sendirinya?”
Akal : “Iya, tidak ada batu yang bisa
berjalan sendiri, pasti ada yang memindahkannya.”
Mas Kus : “Semua itu adalah benda-benda mati,
lalu sejak kapan benda mati itu tiba-tiba hidup?”
Akal : “Omne vivum ex vivo : semua mahluk
hidup berasal dari mahluk hidup. Lalu bagaimana mahluk hidup pertama kali hadir
jika semua yang ada adalah benda mati?”
Mas Kus : “Nah…! Piye?”
Akal : “Dengan teori evolusi biokimia
Mas. Bahwa zat organik sederhana seperti asam amino, gula sederhana itu bisa
terbentuk dengan reaksi antara uap air, metana, ammonia, gas hydrogen, dan gas
karbondioksida yang dialiri lecutan listrik atau terkena halilintar.”
Akal : “Asam amino dan gula sederhana
adalah molekul atau komponen penyusun kehidupan.”
Mas Kus : “Lalu bagimana caranya semua itu
tiba-tiba hidup?”
Mas Kus : “Kenapa kesimpulan diambil bahwa semua
benda-benda itu bisa hidup dengan sendirinya?”
Mas Kus : “Kenapa kita menganggap bahwa
benda-benda itu bergerak dengan sendirinya kemudian bertemu dan bereaksi
membentuk kehidupan?”
Mas Kus : “Kenapa kesimpulan ditarik dengan
melupakan subyek yaitu peneliti yang membawa semua benda-benda itu ke
laboratorium, kemudian memicu reaksinya?”
Akal : “hehehe, mengapa subyek itu
dipindahkan ke obyek? Padahal dengan begitu kita menganggap bahwa benda mati
itu bisa bergerak dengan sendirinya. Kenyataannya tidak ada benda mati yang
bisa bergerak.”
Mas Kus : “Nah..! ketemu kan. Tidak hanya
bergerak, dengan begitu kita juga menganggap benda mati itu berkehendak.”
Akal : “hmm…! Kacau iki kacau.”
Mas Kus : “Ngene Kal, anggap saja bahwa
penelitian sampai ketemu terbentuknya asam amino dan lain-lain itu adalah tahap
sampai ketemunya transistor atau resistor atau bahkan sampai ke hardware jadi
satu ke cashing smartphone.”
Mas Kus : “Lalu kenapa simpulan diambil dengan
bahwa transistor, resistor, microchip terbentuk dengan sendirinya, kemudian
bertemu membentuk mainboard hingga membentuk hardware sampai ke cashing.”
Akal : “Iya! Kenapa simpulan diambil
dengan melupakan jasa insiyur dibalik semua itu. Kenapa peran insiyur
dihilangkan dan dilekatkan pada obyek benda-benda itu?”
Mas Kus : “Lalu smartphone tadi tiba-tiba saja
hidup. Lagi-lagi peran insiyur yang menanamkan android atau semacamnya
dihilangkan.”
Akal : “Pada kenyataannya, sebelum
smartphone ada handphone, sebelum handphone ada radio. Kenapa simpulan bahwa
itu semua ada dengan sendirinya dan berubah dengan sendirinya. Lagi-lagi
insiyur ditiadakan.”
Mas Kus : “Hanya karena penelitinya datang
belakang, dan sistem sudah berjalan, lalu menarik kesimpulan bahwa benda itu
bergerak dengan sendirinya dan menempatkan
bahwa subyek sekaligus obyek.”
Mas Kus : “Dengan begitu menjadi kacau dan
rancau. Padahal barang yang diteliti itu adalah benda mati”
Menganggap
bahwa benda mati itu bisa bergerak sendiri.
Menganggap
bahwa benda mati mempunyai kehendak.
Menganggap
bahwa benda mati itu berubah sendiri atau merubah dirinya sendiri bahkan sampai
meledakkan dirinya sendiri dan berubah menjadi sesuatu yang baru.
Pada kenyataannya
yang bergerak adalah yang hidup.
Pada kenyataannya
yang berkehendak adalah yang hidup.
Pada kenyataanya
yang hidup melakukan perubahan pada benda-benda mati di sekitarnya
menghancurkan, memadukan dan membentuk kembali sesuatu yang baru.
Akal : “Mengapa tidak timbul pertanyaan
apa sesuatu yang hidup itu? Yang memulai semuanya untuk bergerak? Yang berkehendak
membuat semuanya ada?”
Mas Kus : “Itu semua terasa benar, dan selesai
atau tuntas di situ. Padahal masih ada sesuatu dibalik itu semua.”
Akal : “Atau dipaksa benar Mas Kus, atau
terus diulang-ulang sehingga terasa benar!”
Mas Kus : “Bisa jadi seperti itu Kal. Bisa juga
karena kita belajarnya hanya sebagian-sebagian saja.”
Mas Kus : “Kita belajar fisika hanya sebatas
fisik saja tanpa ada kaitanya dengan biologi atau kimia, atau belajar matematika
hanya sebatas hitung-hitungan saja.”
Akal : “Jadi kebenarannya hanya
sebagian-sebagian saja.”
Mas Kus : “ho’oh.”
Akal : “Lalu apa jawaban atas sesuatu
yang hidup, yang ada sebelum semua ada, yang mengerakkan semua, yang meletakan
semua itu ditempatnya masing-masing, yang menjaganya tetap seperti itu?”
Mas Kus : “Karena itu kita tidak boleh belajar
itu sebagian-sebagian Kal. Janganlah belajar tentang dunia ini dan menganggapnya
tidak ada kaitannya dengan agama, jangan pula belajar agama tapi tidak mau
mengenali tentang dunia ini padahal kita hidup di dunia.”
Akal : “Efeke piye Mas Kus?”
Mas Kus : “Yang belajar dunia saja menganggap
bahwa agama itu hayalan saja, yang belajar agama saja menganggap yang lain
tertipu oleh dunia ini tetapi dia sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana
fenomena di dunia ini terjadi.”
Akal : “Padahal keduanya harus saling
melengkapi. Tidak sempurna jika hanya salah satu saja.”
Mas Kus
: “Betul! Membaca atau menghafal
petunjuk dalam arti belajar agama saja tanpa mau mengenali alat dan bahan
praktik dalam arti dunia dan isinya, kita akan sedikit kesulitan dalam
merangkainya. Ada sesuatu yang tidak pas ketika dirangkai.”
Mas Kus : “Belajar dunia saja dan menganggap
tidak ada kaitanya dengan agama, seperti merangkai alat dan bahan tanpa
mengunakan petunjuk. Yang ada adalah merangkai sesuatu alat dan bahan
dipaksakan.”
Akal : “Yang belajar dunia saja telah
berhayal bahwa benda-benda mati itu bisa bergerak sendiri dan berkehendak.”
Mas Kus : “Yang belajar agama saja bertahan pada
dalil yang menunjukkan hasil akhir, tanpa mau menjelaskan prosesnya. Padahal
dengan mengetahui prosesnya maka sempurna imannya, sempurna pujian.”
Mas Kus : “Dan jawaban atas sesuatu yang hidup
dan memulai segala sesuatu itu adalah TUHAN.”
Mas Kus : “Dialah tuhan Allah subhanahu wa ta’ala.
Yang hidup dan tetap hidup. Yang memulai segala sesuatu di alam semesta ini dan
tetap ada setelah segala sesuati di alam semesta ini Dia akhiri.”
Akal : “Dialah subyek atas benda-benda
mati itu semua, matahari, planet, bumi, metana, air, udara, hydrogen dan lain
semuanya.”
Mas Kus : “Dialah Allah subhanahu wa ta’ala yang telah mengenalkan diriNya sendiri kepada para nabi dan rasulNya. Layaknya insiyur atau programmer yang menuliskan kode ke android untuk mengenalinya. Dimana insiyur itu diluar jangkauan andrid itu sendiri.”
Akal : “Ya, tuhan itu ada dan nyata. Tuhanlah yang meniupkan Ruh kepada benda-benda mati setelah lengkap rangkainnya seperti insiyur yang menamkan androin ke smartphone setelah lengkap mainboard lcd baterai dan touchscreen.”
Mas Kus : "Hanya yang hiduplah yang bisa menghidupkan atau mematikan."
Mas Kus : "Dialah Allah yang Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu, yang awal memulainya dan yang akhir mengakhirinya."