Makna Angka dan Sistem Operasi Bilangan
Artikel ini saya ringkas dan saya sederhanakan dari dua
artikel sebelum yaitu mengenal angka 1 sampai dengan 10 dan mengenal sistem
operasi bilangan.
Angka satu (1)
Angka satu melambangkan Tuhan Allah yang maha suci lagi maha
tinggi. Dari Tuhan inilah dimulai semua mahluk (ciptaan). Dialah Allah yang
maha hidup, karena semua mahluk hidup itu berasal dari yang hidup. Karena benda
mati jika dibiarkan sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi hidup. Ambil
contoh tanah, selamanya akan tetap tanah. Jika ditanah itu tumbuh rumput atau
lumut, maka pasti ada biji rumput atau spora lumut. Jika ada cacing maka pasti
ada telur cacing sebelumnya.
Angka dua (2)
Angka dua melambangkan dari sifat mahluk Allah subhanahu wa
ta’ala yang pasti saling
berpasang-pasangan. Ada matahari berpasangan dengan bulan, ada siang ada malam,
ada laki-laki berpasangan dengan perempuan, ada hitam ada gelap, ada kasar ada
halus, ada pahit ada asam, ada sebab ada akibat, dan seterusnya. Bahwa sudah
menjadi sifat mahluknya saling berpasang-pasangan. Dan setiap mahluk
menjalankan satu dari sifat pasangan itu.
Angka tiga (3)
Jika sebelum mahluk Allah subhanahu wa ta’ala pasti
berpasang-pasangan, maka selanjutnya mahluk Allah itu juga terikat dalam bentuk
zat yaitu bentuk padat, cair, dan gas. Tiga bentuk zat ini mengikat setiap
mahluk atau ciptaan. Dan setiap mahluk terikat juga dengan siklus dari tiga
bentuk zat tersebut.
Angka empat (4)
Angka empat melambangkan api, dari ketiga bentuk zat diatas,
ada api yang tidak bisa digolongkan kedalam tiga bentuk zat diatas. Tapi api
dengan panasnya diperlukan untuk memicu semua siklus dari zat. Dan api tidak
bisa hidup sendiri api membutuhkan ketiga bentuk zat diatas untuk hidup. Api
akan hidup selama kayu belum terbakar habis (kayu berbentuk padat), api akan
mati jika minyak tanah / premium juga habis (minyak berbentuk cair), api akan
mati jika gas dalam tabung LPG juga habis (gas metana dalam lpg berbentuk gas).
Angka lima (5)
Angka lima melambangkan panca indra, ada telinga untuk
mendengar, ada mata untuk melihat, ada hidung untuk mencium, ada lidah untuk
merasa, ada kulit untuk meraba. Indra ini kita perlukan untuk melihat perubahan
atau mendeteksi perubahan dari tiga bentuk zat, padat, cair, dan gas yang
dipicu oleh api. Dengan panca indra kita bisa melihat setiap perubahan dari
bentuk zat.
Angka enam (6)
Angka enam adalah waktu atau masa. Dengan adanya siklus dari
bentuk zat maka disitu munculnya waktu reaksi perubahan bentuk zat. Atau waktu
yang dibutuhkan untuk siklus dari setiap bentuk zat. Waktu ini seperti spiral
dan terus bergerak maju. Pagi hari ini adalah pagi yang ada di depan pagi
kemarin dan ada di belakang pagi besok. Dan tidak ada reaksi pembalik dari waktu.
Karena penguasa waktu yaitu Allah subhanahu wa ta’ala saja yang bisa
melakukannya.
Angka tujuh (7)
Angka tujuh melambangkan tingkatan, setelah tiga bentuk zat
bersiklus sampai membutuhkan waktu dalam siklusnya itu, maka hasil dari siklus
tersebut ada tujuh tingkat. Ada tujuh tingkat lapis langit, ada tujuh tingkat
lapis bumi. Dan diera modern ini ada tingkatan-tingkatan dari sebuah proses.
Angka tujuh melambangkan tingkat sempurna dari proses ada tujuh tingkat
walaupun kejadian di alam ada proses yang menghasilkan tingkatan kurang dari
tujuh atau bisa lebih dari tujuh.
Angka delapan (8)
Angka delapan melambangkan kelengkapan dari semua hasil yang
ada setelah proses sebelumnya. Angka delapan melambangkan bumi dengan segala
isinya dan langit dengan segala hiasanya. Di bumi sudah ada, tumbuhan, hewan,
air, udara, tanah. Di langit sudah ada bintang, planet, meteor, komet, tata
surya, galaksi dan sebagainya.
Angka sembilan (9)
Angka sembilan melambangkan manusia, penduduk terakhir bumi.
Manusia adalah mahluk Allah subhanahu wa ta’ala yang diberi hak untuk merubah
semua yang telah ada di bumi sesuai dengan kebutuhannya. Manusia hidup dengan
banyak batasan, badannya berbentuk padatan tetapi tetap membutuhkan cairan dan
gas. Tapi manusia diberi bekal akal untuk membuat sesuatu untuk mengakali atau
mensiasati keterbatasannya. Manusia dengan rasa, karsa, daya dan cipta bisa
merubah bumi atau apa yang ada di bumi sebelum dirubah menjadi sesuai
keinginannya. Manusia bisa membuat siklus-siklus baru untuk membuat benda-benda
baru sesuai dengan keinginannya.
Angka sepuluh (10)
Untuk lebih memahami angka sepuluh, perhatikan gambar ini,
dalam gambar ini angka satu sampai angka sepuluh disusun melingkat berlawanan
dengan arah jarum jam, atau sesuai dengan kaidah tangan kanan gaya Lorentz.
Dari gambar kita bisa tahu bahwa setelah angka satu sampai dengan sembilan,
kemudian kita dapati angka nol dulu yang kita temui sebelum satu. Hal yang
perlu kita rubah adalah pendapat bahwa sebelum angka nol itu berarti kosong
atau tidak ada, mari kita rubah makna itu menjadi nol itu adalah kematian.
Dari sini kita bisa tahu bahwa setelah kematian itu baru kembali ke
satu yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Cara pandang ini sesuai dengan kenyataan
siklus alam yang ada. Bahwa suatu benda atau mahluk pasti terikat oleh siklus
bentuk zat padat, cair dan gas. Dan untuk berubah dari satu bentuk ke bentuk
lainnya harus melalui proses kematian. Dan syarat semua yang ada di semesta ini
ada adalah dimulai dari ada dulu. Toples kosong yang tertutup rapat selamanya
akan tetap kosong, ini berarti bahwa tidak mungkin semua yang ada ini dimulai
dari tidak ada (kosong atau nol). Semuanya harus dimulai dari ada. Semua mahluk
hidup berasal dari mahluk hidup. Lalu siapa yang memulai semua ini jika
sebelumnya semuanya belum ada. Mungkinkah semua dimulai dari ledakan gas,
kemudian memadat dan mencair? Adakah semua bentuk zat itu bisa menjadi hidup
dengan sendirinya? Bisakah semua bentuk zat itu kemudian menjadi
mikroorganisme, kemudian seiring waktu berubah dan semakin menyesuaikan dengan
alam? Jawabannya “TIDAK” tanah dibiarkan sampai kapanpun akan tetap tanah, begitu
pula air dan udara. Satu-satunya alasan kenapa semua itu ada ya hanya karena
Tuhan Allah subhanahu wa ta’ala. Dialah Tuhan yang Awal yang memulai segala
sesuatu, Dia Juga Tuhan yang Akhir tempat kembalinya segala sesuatu. Itulah
siklus sesuai dengan susunan dalam gambar itu.
Selanjutnya mari kita tinjau lagi sistem operasi bilangan.
Jika dalam angka satu sampai angka sepuluh kita bisa
memahami siklus dari mahluk, bahwa semua mahluk itu berawal dari Tuhan Allah
subhanahu wa ta’ala dan kembali ke Allah subhanahu wa ta’ala. Maka sistem
operasi bilangan adalah proses yang terjadi antara mahlukNya.
Sistem operasi bilangan
Dalam sistem operasi bilangan kita mengenal perkalian (×), pembagian (÷), penjumlahan (+), dan
pengurangan (-). Hubungan dari keempat operasi ini adalah perkalian berpasangan
dengan pembagian dan penjumlahan berpasangan dengan pengurangan. Perkalian
melambangkan pertemuan / pencampuran / penyatuan, sedangkan pembagian
melambangkan perpisahan / pemisahan / penguraian. Perkalian menyebabkan jumlah
yang bertambah, sedangkan pembagian menyembahkan jumlah yang berkurang. Maka
penjumlahan adalah akibat yang terjadi dari perkalian, dan pengurangan adalah
akbiat yang terjadi dari pembagian.
Perkalian dan pembagian berpasangan dan ini merupakan sebab, sedangkan penjumlahan dan
pengurangan perpasangan yang menjadi akbibat.
Maka dalam aturan sistem operasi bilangan perkalian didahulukan dari
pembagian, baru kemudian penjumlahan dan terakhir pengurangan. Perkalian,
pembagian, penjumlahan dan pengurangan.
Kembali lagi ke hukum
dari mahluk yang berpasang-pasangan, ada sebab akibat, ada aksi reaksi, ada
pergi pulang, ada bertemu berpisah dan sebagainya. Kita tidak bisa lepas dari
hukum berpasang-pasangan yang menjadi atau mengikat setiap mahluk. Maka sistem
operasi bilangan itu juga menggambarkan kejadian / proses yang terjadi.
Perkalian(×)
Mari kita ambil contoh pertemuan antara rasa dan jenis buah.
Misalkan ada rasa asam dan manis, dengan jenis buah apel, mangga, dan jeruk
ǁ kali
(×) ǁ asam ǁ manis ǁ
ǁ apel ǁ apel asam ǁ apel
manis ǁ
ǁ mangga ǁ mangga asam ǁ mangga manis ǁ
ǁ jeruk ǁ jeruk asam ǁ jeruk
manis ǁ
Maka
pertemuan / perkalian dari dua rasa : asam dan manis dan dari 3 jenis buah :
apel, mangga, dan jeruk kita dapati 6 jenis pasangan baru yaitu : apel asam,
apel manis, mangga asam, mangga manis, jeruk asam, dan jeruk manis. Maka dalam
hukum perkalian, perkalian bisa terjadi dengan bilangan berapapun dan atribut
(jenis satuan) apapun.
Pembagian
(÷)
Pembagian
adalah operasi pembalik dari perkalian, jika perkalian adalah pertemuan maka
pembagian adalah perpisahan. Atau perkalian adalah penyatuan maka pembagian
adalah penguraian. Maka untuk memahami pembagian mari kita uraikan dari hasil
pertemuan rasa dan jenis buah diatas.
ǁ apel
asam ǁ apel manis ǁ apel ǁ
ǁ mangga asam ǁ mangga manis ǁ mangga ǁ
ǁ jeruk asam ǁ jeruk
manis ǁ jeruk ǁ
ǁ asam ǁ manis ǁ bagi (÷) ǁ
Dari tabel
pembagian / penguraian / pemisahan antara jenis buah dan rasanya, kita dapati
bahwa setelah diuraikan jumlahnya berkurang sesuai kelipatannya. Dari 6 diurai
menurut 2 rasa, hasilnya 3. Ini adalah kebalikan dari 2 rasa disatukan dengan 3
jenis buah hasilnya ada 6 satuan buah dengan rasanya.
Di dunia
nyata perkalian dan pembagian tidak hanya mempertemukan antara dua jenis, tapi
bisa lebih dari dua jenis. Di dunia nyata kita bisa melihat jenis buah,
rasanya, aromanya, tekturnya, atau suaranya ketika dikunyah dalam mulut.
Penjumlahan
(+)
Operasi
bilangan penjumlahan adalah akibat dari adanya perkalian, dan ini tidak bisa
menjadi sebab untuk akibat yang lain. Oleh karena itu ada 2 aturan dalam
operasi penjumlahan. Satu operasi penjumlahan hanya bisa
dilakukan jika semua komponen atau satuannya sama atau semua atribut yang
melekat sama atau dianggap sama. Dua operasi penjumlahan hanya akan
menghasilkan jumlah sesuai dengan urutan hitung. Contoh, Wawan, Jono, dan
Bambang diminta untuk membawa masing-masing 2 buah yang berbeda, kemudian
buah-buahan itu dikumpulkan dan dihitung sebelum disedekahkan. Wawan membawa
apel dan mangga, Jono membawa apel dan Jeruk, Bambang membawa apel dan mangga.
Berikut adalah jumlah buah-buahan setelah dikumpulkan
| Orang | buah yang dibawa |
| Wawan | apel | mangga |
| Jono | apel | jeruk |
| Bambang | apel | mangga |
| Jumlah 3 orang | 3 apel, 2 mangga, 1 jeruk |
Begitulah
hukum penjumlahan, penjumlahan hanya bisa dilakukan jika satuannya sama atau
atribut yang melekat dianggap sama. Jika kita menganggap bahwa jenis buah
diabaikan, maka kita dapat bahwa aka nada 6 buah-buah yang dibawa oleh 3 orang
tadi, dengan catatan bahwa jenis buah diabaikan.
Pengurangan
(-)
Pengurangan
adalah pasangan dari penjumlahan, maka hukum yang berlaku pada penjumlahan juga
berlaku pada pengurangan. Satu operasi pengurangan hanya bisa
dilakukan jika semua komponen atau satuannya sama atau semua atribut yang
melekat sama atau dianggap sama. Dua operasi pengurangan hanya akan
menghasilkan jumlah sesuai dengan urutan hitung. Contoh : Ada 6 buah-buahan
yang akan sedekahkan. 6 buah-buahan itu terdiri dari 3 buah apel, 2 buah
mangga, dan 1 buah jeruk. 1 buah apel 1 buah mangga telah disedekahkan.
Berapakah sisa buah-buahnya? Maka hanya
tersisa 2 buah apel, 1 buah mangga dan 1 buah jeruk.
Dari sini
kita bisa tahu bahwa pengurangan hanya menghasilkan jumlah yang berkurang
sesuai dengan urutan hitung. Tidak seperti pembagian, ketika enam dikurangi dua
maka hasilnya 4, sedangkan pembagian enam dibagi 2 hasilnya 3.
Belajar
matematika bukan hanya simbol
Melihat
perbedaan dari sistem operasi bilangan. Contoh : 2 + 2 + 2 = 6 bukanlah asal
muasal dari 2 × 3 = 6. Berikut adalah penjelasannya.
Berikut ini
ada 3 kejadian.
Satu
Wawan dan
Bambang pergi ke kedai dan hendak membeli sesuatu. Kedai tersebut menjual 3
menu, roti, kopi dan teh. Buatkan tabel dari kejadian tersebut.
Dua
Bambang dan
Jono sedang mengerjakan proyek bersama, mereka merencanakan mengadakan
pertemuan sebanyak 3 kali untuk menyelesaikan proyek. Pertemuan diadakan di
tanggal 3 Desember, 7 Desember dan 11 Desember. Buatlah tabel pertemuan mereka.
Tiga
Ibu
memiliki tiga kotak hadiah yang masing-masing berisi 2 buah mangga. Berapkah
jumlah semuanya buahnya?
Satu |
orang dengan pilihan menu
| Beli
(×) | Wawan | Bambang |
| Roti | Wawan, Roti | Bambang,
Roti |
| Kopi | Wawan, Kopi | Bambang, Kopi |
| Teh | Wawan, Teh | Bambang,
Teh |
Akan ada 6
pasang orang dan menu yang dibeli di kedai itu.
Dua | 2 Orang rapat 3 waktu (3 kali)
|
Rapat(×) | Bambang | Jono |
| 3 Des | Bambang 3 Des | Jono 3 Des |
| 7 Des | Bambang 7 Des | Jono 7 Des |
| 11 Des | Bambang 11 Des | Jono 11
Des |
Diakhir
rapat jumlah orangnya tetap 2 orang, jumlah akan menjadi 6 jika atribut waktu
setiap orang itu dimasukkan. Pada kenyataanya kita mahluk itu terikat oleh
waktu. Hanya kita sering tidak menganggap karena memang ikatan akan waktu
diluar jangkauan indra kita.
Tiga |
Kotak dengan isinya buah mangga
| Kotak
ke | Isi buah mangga |
| Kotak 1 | mangga 1,1 | mangga 1, 2 |
| Kotak 2 | mangga 2,1 | mangga 2, 2 |
| Kotak 3 | mangga 3,1 | mangga 3,2 |
Dari sini
kita bisa tahu bahwa ada 6 buah mangga, 6 buah mangga itu menempati ruang /
koordinat yang berbeda. Maka sifat dari mahluk selain terikat oleh waktu juga
mahluk selalu membutuhkan / menempati ruang. Karena atribut ruang / koordinat
ruang itu sifatnya maya / tidak nyata dan dinamis, maka dalam operasi
penjumlahan koordinat ruang dianggap satu atau tidak dianggap atributnya. Hal
ini untuk memudahkan saja.
Berikut ini
adalah contoh untuk memahami bahwa mahluk terikat oleh waktu dan ruang
sekaligus memahami perkalian dan penjumlahan.
Ada
1.ert.fgh (satu juta sekian) batu bata di lapangan. Bantulah Jono untuk
memastikan jumlahnya yang sebenarnya.
Untuk
menghitung sekaligus adalah sulit untuk memastikan jumlahnya, maka kita bantu
Jono menghitung tiap 10 buah. Dan untuk memudahkan dalam perhitungan kita catat
setiap batu bata dalam tabel berikut :
| batu
bata ke | di koordinat ruang |
| bata ke1 | bata1(1,1,1) |
| bata ke2 |
bata2(2,1,1) |
| bata ke3 |
bata3(3,1,1) |
| … | … |
| bata ke10 |
bata10(10,1,1) |
| … | … |
| bata ke800.000 | bata800.000(200,200,20) |
| … | … |
| bata1.ert.fgh | bata1.ert.fgh(200,200,as)|
Dengan
mengidentifikasi batu bata disetiap koordinat yang ditempati kita bisa
memastikan jumlah batu bata sesuai. Maka proses hitungnya adalah sebagai
berikut.
10 batu
bata (1,1,1 s/d 10,1,1) + 10 batu bata (11,1,1 s/d 20,1,1) + 10 batu bata
(21,1,1) + … + bata terakhir (200,200,as) = 1.ert.fgh batu bata
Atau jika
hanya simbol angka saja
10 + 10 +
10 + … + h = 1.ert.fgh batu bata
Atau
10 ×
1iu.jkl + h = 1.ert.fgh batu bata
Menghitung
sekaligus dalam satu waktu
1 ×
1.ert.fgh (bata1(1,1,1) s/d bata1.ert.fgh(200,200,as) = 1.ert.fgh
Cara ini
adalah cara Tuhan Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu secara
langsung. Karena Allah subhanahu wa ta’ala menguasai ruang dan waktu, maka
mengetahui segala sesuatu secara langsung adalah kuasa Allah subhanahu wa
ta’ala.
Menghitung
setiap sepuluh, kemudian ditambah lagi sepuluh
10 + 10 +
10 + … + h = 1.ert.fgh batu bata
Adalah cara
manusia atau mahluk karena keterbatasan manusia dalam mengakses ruang / membaca
ruang. Maka manusia mensiasati dengan mengakses berdasarkan kemampuannya yaitu
tiap sepuluh unit. Jika untuk membaca / mengakses tiap 10 unit butuh waktu 1
detik, maka setidaknya untuk bisa memastikan jumlah bata 1.ert.fgh butuh waktu
sekitar 1er.tfg,h (seratus ribu lebih) detik atau sekitar 27 jam atau lebih.
Dengan cara
yang sama diatas kita bisa tahu, bahwa 2 × 3 = 6 tidaklah sama dengan 2 + 2 + 2
= 6. Akan tetapi 2 × 3 = 6, bisa disiasati dengan cara 2 + 2 + 2 = 6 karena
keterbatan manusia dalam mengakses ruang maka butuh waktu untuk melakukannya.
Cara yang
sama juga digunakan oleh manusia untuk menjelajah bumi, karena keterbasannya
manusia menjelajah bumi ada yang berjalan kaki, berlari, naik kuda, sepeda
motor, dan yang moderm memakai pesawat jet. Ini semua adalah cara manusia untuk
mengakali keterbasannya dalam mengakses ruang. Sedang bagi Allah subhanahu wa
ta’ala untuk mengetahui semua itu adalah langsung saat itu juga.
Bukti bahwa
Allah subhanahu wa ta’ala adalah penguasa ruang adalah semua bilangan berapun
itu pada hakikatnya berpangkat satu. Itu artinya yang ada disaat yang sama
dengan mahluk yang menempati ruang adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Karena itu
Allah subhanahu wa ta’ala itu dekat dengan mahluknya lebih dekat dari urat nadi
di lehernya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala itu dekat dengan manusia apapun
kondisi manusia saat ini. Jika saat ini manusia itu masih ingkar atau tidak
mengakui keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah tetap dekat
dengannya. Hal ini juga berarti masih terbuka jalan bagi manusia itu untuk
mengakui keberadaan Tuhan dan bertaubat. Pintu taubat hanya tertutup jika
manusia itu nyawanya sudah sampai di tenggorokannya.
Bukti bahwa
Allah subhanahu wa ta’ala itu ada adalah bahwa semua bilangan berapaun itu jika
pangkat / statusnya nol (mati) maka hasilnya adalah satu. Hanya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala sajalah dikembalikan semua urusan. Dan Allah subhanahu wa
ta’ala berkuasa atas segala sesuatu. Bagi Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan
sesuatu cukup dengan kata “kun fa yakun”
“jadi maka jadilah” dan jadilah langsung. Akan tetapi jika “kun fa yakun” ini ditemput dengan cara
manusia dengan keterbatasan mengakses ruang dan terikat waktu, maka hal ini
bisa butuh waktu jam, hari, bulan, tahun bahkan milyar tahun cahaya.
Dari sini
kita bisa tahu asal muasal hubungan dari sistem operasi bilangan. Hal seperti
ini tidak bisa kita pelajari hanya dengan matematika yang diajarkan hanya
sebatas simbol-simbol.
Selanjutnya
adalah perkalian dan pembagian bilangan khusus.
Perkalian
dengan angka 1
1 × 2 = 2,
1 × 3 = 3, 1 × n = n
2 × 1 = 2,
3 × 1 = 3, n × 1 = n
Bilangan
berapapun dikali satu hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hal ini berarti
jika Allah ingin menemui mahlukNya maka yang dilihat adalah mahluk itu sendiri
tanpa adanya atribut keduniaan. Jika pertemuan itu ada di dunia ini. Jika
pertemuan itu terjadi pada hari dimana amal perbuatan dihitung dan
dipertanggung jawabkan, maka manusia / tiap orang itu hanya akan menanggung
tanggung jawabnya sendiri tanpa dibebani oleh tanggung jawab bapak atau ibu
atau saudaranya. Dan jika manusia yang ingin menemui Tuhannya maka cara terbaik
adalah dengan melepaskan atribut keduniaannya yang melekat saat ini. Contoh
atribut keduniaan adalah pangkat, jabatan, harta, istri, keturunan bangsawan
dll.
Pembagian
dengan angka 1
1 ÷ 2 =
1/2, 1 ÷ 3 = 1/3, 1 ÷ n = 1/n
2 ÷ 1 = 2,
3 ÷ 1 = 3, n ÷ 1 = n
Yang
pertama adalah Allah subhanahu wa ta’ala mencukupi sebanyak apapun mahluk yang
telah diciptakanNya tanpa berkurang sedikitpun. Contoh nyata adalah apabila
kita melihat matahari, matahari bisa menyinari sebanyak apapun penduduk /
penghuni bumi, tanpa berkurang sedikitpun sinar yang ada di sisi matahari. Yang
kedua adalah jika mahluk / manusia itu memisahkan diri dari Allah subhanahu wa
ta’ala adalah yang dia dapat adalah dirinya sendiri. Jika dia dalam keadaan
sedih maka yang ia dapat adalah tidak ada penolong untuk dirinya selain apa
yang bisa diusahakan oleh tangan dan kakinya. Sedangkan jika dia dalam keadaan
kaya / bahagia, maka ia akan merasa bahwa semua yang dia dapat adalah hasil
kerja kerasnya sendiri. Yang ada hanya kesombongan di dalam dada.
Perkalian dengan
angka 0
0 × 2 = 0,
0 × 3 = 0, 0 × n = 0
2 × 0 = 0,
3 × 0 = 0, n × 0 = 0
Makna dari
perkalian dengan angka nol (kematian) adalah menemui atau ditemui / menjemput
atau dijemput oleh kematian, maka mahluk / manusia akan mati. Tidak ada
penundaan atas kematian tidak ada pula operasi pembalik / kebalikan dari
kematian. Mahluk yang sudah mati tidak bisa hidup kembali kecuali atas ijin Allah
subhanahu wa ta’ala.
Pembagian
dengan angka 0
0 ÷ 2 = /,
0 ÷ 3 = /, 0 ÷ n = /
2 ÷ 0 = 0,
3 ÷ 0 = 0, n ÷ 0 = 0
Adalah tidak
mungkin bagi mahluk untuk memisahkan dirinya dari kematian, 0 ÷ n = /. “/”
tanda ini saya gunakan untuk menggambarkan ketidakmungkinan. Tidak mungkin bagi
mahluk itu hidup abadi. Karena tidak ada mahluk yang hidup abadi, maka kiamat
atau batas usia jagat raya itu pasti akan datang. Yang kedua adalah akan tetap
mati mahluk yang berusaha melepaskan diri dari kematian. Sudah menjadi sifat
mahluk harus melewati siklus hidup ini.
Sampai di
sini saya kira cukup, jika belum jelas silahkan bertanya, akan saya jawab
semampu saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar