Tampilkan postingan dengan label filosofi angka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filosofi angka. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Oktober 2020

Mengenal Angka 1 sampai 10

berikut saya mencoba memahami maksud dibalik angka-angka. saya mulai dengan angka dasar satu sampai sepuluh. silahkan disimak. 

Angka 1 (satu)

Angka satu ditulis atau digambarkan dengan satu garis lurus dari atas ke bawah (1), sama dengan penulisan atau penggambaran huruf alif ().

Angka satu ataupun huruf alif sama-sama melambangkan Allah subhanahu wa ta’ala (Allah yang maha suci lagi maha tinggi) karena itu digambarkan dengan garis lurus dari atas ke bawah, hal ini mengisyaratkan Allah yang  Maha Berdiri Sendiri (mandiri) sesuai Asma-Nya Al Qayyum (Maha Berdiri Sendiri), Dialah Allah yang Maha Tunggal (Al Wahiid) dan Allah Maha Satu (Al Ahad). Juga Dialah Allah yang Maha Tinggi (Al Aliyu)

Angka satu adalah permulaan, sama dengan asma Allah Al Awwalu (Maha Awal) dan inilah keistimewaan angka satu. Dia tidak bisa disusun dari angka lain, atau dibuat dari bilangan lain. Tetapi angka satulah yang menyusun bilangan (angka) lain. Karena itulah angka satu mempunyai sifat sang pencipta, Al Kholiq (Allah sang Maha Pencipta).

Allah subhanahu wa ta’ala  menciptakan mahlukNya semuanya berpasang-pasangan, oleh karena itu setelah angka satu maka selanjutnya adalah angka dua.


 

Angka 2 (dua)

Angka 2 adalah lambang dari “mahluk ciptaan Allah yang berpasang-pasangan untuk saling melengkapi.

“Interupsi-interupsi!”

“Maaf Mas Kus! Angka 2 kan bisa diperoleh dengan 1+1=2. Apakah itu berarti Allah menciptakan dirinya sendiri sehingga menjadi 2? Atau Allah membagi dirinya sendiri menjadi dua?”

“Sek yo le, ojo nyelat lek enek wong ngomong. Gorong wayahe kowe tak warahi tambah-tambahan utowo bagi-bagian. Manengo urutane kuwi seng bener “ping poro lan sudo”. Engko yen wes wayahe tak warahi, mung sak iki rungokno ae nganti mari.”

Alih bahasanya kira-kira seperti ini:

“Bentar dulu dek, jangan memotong orang bicara. Belum waktunya kamu belajar penjumlahan atau pembagian. Lagian urutan yang benar itu “perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan”. Nanti jika sudah saatnya akan aku ajarkan, hanya sekarang dengarkan sampai selesai.”

Saya ulangi, angka 2 (dua) melambangan ciptaan Allah yang berpasang-pasangan dan saling melengkapi. misalnya

Terang – Gelap                                   Putih – Hitam 

Asam – Pahit                                       Lunak – Keras

Harum – Busuk                                   Wangi – Bau

Ramai – Sunyi                                    Lantang – Merdu

Kasar – Halus/Lembut                        Panas – Dingin

dan masih banyak lagi, setidaknya itu sudah mewakili.

Dari sini kita bisa melihat bahwa hasil penciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala benar-benar berbeda dengan Allah itu sendiri. Dan inilah hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala  itu, bahwa mahluknya (ciptaanya) sangatlah berbeda. Ada batas yang jelas antara mahluk dan Sang Pencipta. Ada hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala  yang berlaku atas mahluknya. Setiap mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti tunduk pada hukum itu. Dan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala  akan berpasang-pasangan itu terus menerus saling berganti, membuat siklus perputaran yang melibatkan tiga kelompok besar.

“Sebentar-sebentar, apakah saya baru menyebutkan angka 3?” berarti sudah saatnya kita ke angka selanjutnya.


 

Angka 3 (tiga)

Selanjutnya kita bisa tahu tiga kelompok besar mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiga kelompok besar yang saya maksud itu bentuk padat, cair dan gas.

Padat adalah bentuk fisik benda yang keras pejal kebanyakan bentuknya tetap dan mengambil ruang. Maka hal ini mewakili asma Allah Al Qowiyyu (Allah Maha Kuat), Al Matiin (Allah Maha Kokoh) karena itu kita menggunakan benda padat untuk melindungi ataupun membungkus sesuatu biar aman. Juga mewakili asma Allah Al Baari (Yang Maha Melepaskan (membuat membentuk menyeimbangkan)).

Cair merupakan bentuk benda yang menyesuaikan dengan tempatnya (fleksibel) dan diperlukan wadah (padat) untuk menampungnya. Dan asma Allah Al Lathiif (Allah yang Maha Lembut) yang paling pas menggambarkan sifat benda cair ini menurut saya.

Gas adalah wujud dari benda yang tidak terlihat oleh mata kita karena terlalu kecil partikelnya. Gas juga bentuk benda yang menempati semua ruang yang ada. Asma Allah Al Baathin (yang Maha Gaib) yang paling pas untuk menggambarkan sifat benda gas ini menurut saya.

Tiga bentuk padat, cair, dan gas saling berinteraksi dan saling melengkapi membuat siklus. Siklus ini dipicu oleh panas. Panas membantu terbentuk sebuah siklus perubahan. Jadi siklus ini terdiri dari empat unsur padat, cair, dan gas, ditambah panas sebagai pemicu proses perubahan. Salah satu sumber panas itu adalah api. Dalam pembahasan angka selanjutnya yaitu angka empat akan kita ambil contoh dari tiga bentuk umum benda ditambah dengan api.


 

Angka 4 (empat)

Dari angka tiga yang terdiri dari bentuk zat padat, cair, dan gas, membentuk suatu siklus yang dipengaruhi oleh panas. Kita ambil contoh sebagai wakil dari zat terserbut. Tanah mewakili bentuk padat, air mewakili bentuk cair, udara mewakili bentuk gas, dan api sebagai sumber panas.

Tanah, ya tanah! Ada banyak unsur padatan dalam tanah. Ada banyak materi padat yang tercampur dalam tanah. Dan saya tidak bisa menjelaskan lebih dalam tentang tanah. Saya rasa kamu sudah tahulah, atau lebih tahu. Tanah tempat kita dan mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala (hewan dan tumbuhan darat) berpijak dan berinteraksi. “Wes ngerti dewe lah.”

Air, juga benda yang umum ada disekitar kita seperti tanah. Semua mahluk butuh air dengan kadar yang berbeda-beda. Bahkan bumi sebagian besar terdiri dari air. Mahluk hidup dalam air juga sangat banyak. Ada banyak unsur yang larut dalam air. Ada air tawar dan air asin, yang membedakannya adalah banyak tidaknya unsur garamnya. “Wes ngono ae yo!”

Udara, semilirnya angin bisa kita lihat dengan bergoyangnya daun-daun, atau rasa sejuk yang menerpa tubuh kita. Yaitu adalah udara yang bergerak. Layaknya air dan tanah di dalam udara juga terdapat banyak unsur penyusunnya. Bila kita belajar ilmu alam, kita akan banyak tahu tentang tanah, air, dan udara. Mungkin lain waktu ada teman yang bisa membantu saya menjelaskan tentang tanah, air dan udara. “Tunggu ya! Semoga teman kita itu datang. Hahahha”

Api, adalah sumber panas yang kita gunakan untuk memanipulasi proses alam. Sebelum manusia datang, Allah Subhanahu wa Ta’ala,  telah menciptakan matahari sebuah benda yang terbakar (kita sebut bintang) sebagai sumber panas untuk memicu terjadinya siklus Tanah, Air, dan udara bagi kehidupan mahluk. Kemudian manusia datang dan mampu membuat api sebagai sumber panas untuk memanipulasi benda alam untuk kepentingan hidupnya. Dan Api  ini belum bisa ditentukan unsurnya (menurut keterangan yang sampai saat ini saya ketahui). Karena itu saya percaya bahwa api memang zat tersendiri yang dibawa langsung dari neraka. Maksudnya api adalah mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala  yang khas yang bisa mengeluarkan / memancarkan panas.


 

Angka 5 (lima)

Sekarang kita beralih ke angka lima (5), dan hal yang paling pas mewakili angka lima adalah indra kita yang terdiri dari lima indra atau bisa kita kenal adalah panca indra. Panca indra yang terdiri dari indra penglihatan, indra perasa, indra pencium, indra pendengaran, dan indra peraba. Panca indra ini adalah kemampuan asli milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diberikan atau dianugrakan kepada mahluknya sehingga mahluknya dapat mengenali hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala  tentang penciptaan yang berpasang-pasangan, mengenali benda dan siklusnya. Mari kita bahas kelima indra tersebut.

Indra Penglihatan / Melihat yang berwujud mata, dengan mata kita bisa mengenal terang dan gelap, dimana terang berarti kita bisa melihat adanya cahaya, dan gelap  berarti cahaya hilang atau berkurang intenitasnya sehingga mata tidak mampu melihat / berkurang daya melihatnya. Dengan mata kita juga bisa membedakan antara putih dan hitam, serta masih ditambahkan lagi kita bisa membedakan jutaan warna (katanya sih gitu) sehingga bisa melihat indahnya dunia.

Indra Perasa / Merasa yang ada di lidah, sehingga kita bisa merasakan rasa Asam dan Pahit, asam dan pahit adalah pasangan yang saling melengkapi. Ketika sesuatu terasa terlalu asam makan untuk menetralkan rasanya kita tambahkan sesuatu yang pahit dan juga sebaliknya. Asam cenderung melunakan sedangkan yang pahit cenderung mengeraskan. Selain itu lidah dilengkapi bisa merasakan rasa manis dan asin, dimana penggabungan keduanya ada rasa gurih. Kemudian tanpa semuanya rasanya hambar.

Indra penciuman / Mencium dengan hidung, kita bisa tahu sesuatu beraroma harum dan sesuatu berbau busuk. Dengan hidung kita bisa membedakan antara wangi dan bau. Aroma harum atau wangi ada banyak jenis, harumnya ikan laut yang digoreng atau terasi sudah pasti berbeda. Atau wanginya bunga dengan wanginya bawang goreng tentulah berbeda. Begitu juga dengan bau busuk, bau busuknya bangkai cicak berbeda dengan bau busuknya kentut kita. Antara kentut yang satu dan yang lain saja berbeda kok. Hahahahaha!

Indra Pendengaran / Mendengar menggunakan telinga, sehingga kita bisa membedakan bunyi-bunyian yang ramai atau sesuatu yang sunyi sepi. Kita juga bisa membedakan suara yang lantang memekakan atau lagu yang merdu mendayu-dayu.

Indra Peraba / Meraba dengan tangan atau kulit. Kita bisa membedakan sesuatu yang kasar dan sesuatu yang halus atau lembut. Dengan meraba kita bisa tahu sesuatu itu panas atau dingin.

Maka dengan Panca Indra kita bisa melihat sesuatu, misalnya ada benda penuh warna, putih, hitam, merah, biru kuning, lalu kita mencoba menyentuhnya atau meraba dan ternyata benda itu lembut dan kenyal. Kemudian karena kita sentuh maka benda itu bergoyang sehingga terdengar bunyi mendesah merdu. Karena penasaran kita cium aromanya aduhai harum dan hasrat ini memuncak untuk segera memakan sesuatu itu, sejurus kemudian sampailah ke lidah kita, alangkah pahitnya rasanya. Hahahahaha! Bercanda dikit. Biasanya yang seperti itu rasanya manis, kadang-kadang gurih dan hampir mustahil pahit. Ya kecuali orang iseng hehehe.

Dan jangan pernah menganggap bahwa melihat itu harus dengan mata, mendengar itu pasti pakai telinga, atau merasa itu dengan lidah dan seterusnya. Jangan pernah membayangkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala  itu melihat dengan mata layaknya mata kita, atau Allah Subhanahu wa Ta’ala  itu mendengar dengan telingga yang sama dengan telinga kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala  bisa memberikan kemampuan melihat, mendengar, merasa, meraba dan mencium tanpa memberi mahluknya itu mata, telinga, kulit, tangan, dan hidung.


 

Angka 6 (enam)

Angka enam (6) itu menunjukkan waktu atau masa. Dari ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala  yang berpasang-pasangan terbentuklah suatu siklus, kemudian terjadi siklus yang silih berganti maka timbulah waktu atau masa karena efek atau akibat dari silih berganti. Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memutuskan untuk membuat bumi langit dan seisinya dalam enam waktu atau enam masa, maka mulai saat itulah waktu atau masa itu berlaku.

Waktu atau masa merupakan sebuah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Al Hakam (Allah yang Maha Menetapkan), Allah sendiri berada di luar konsep waktu (lihat kembali angka dua) yang artinya Allah itu Maha Kekal (Al Baaqii). Maka semua yang ada di atas bumi dan kolong langit terkena dampak dari hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu hukum berpasang-pasangan, hukum sebab akibat, dan pastinya terkena siklus waktu atau berhentinya waktu.

Dalam enam masa penciptaan bumi langit dan seisinya, bukan berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mampu atau tidak kuasa membuatnya sekejap saja atau satu masa saja, akan tetapi ada maksud supaya ciptaanNya bisa mengenali Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena ada batas yang sangat jelas antara pencipta dengan mahluknya. Dan selama siklus berpasang-pasangan terus terjadi (siang dan malam) sebagai penanda waktu, maka tidak ada mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa hidup kekal, karena pasti akan terkena dampaknya kemudian berganti peran.

Waktu atau masa layaknya sebuah spiral yang panjang, jika kita menemui pagi hari ini, maka pagi yang kita dapati sekarang adalah pagi yang berbeda dengan pagi yang kemarin, begitu pula dengan pagi esok hari. Pagi yang sekarang adalah titik yang ada di depan pagi kemarin, pagi yang sekarang adalah titik yang ada di belakang pagi esok. Walaupun pagi yang sekarang kita dapati sama persis dengan pagi kemarin. Oleh karena itu waktu yang telah berlalu atau waktu yang sudah kita tinggalkan tidak bisa kita ambil kembali. Karena kita tidak mempunyai kemampuan atau kuasa untuk memutar balik siklusnya. Dan tidak ada mahluk ciptaan Allah yang bisa memutar balik siang menjadi malam dengan mengundurkannya (malam-petang-sore-siang-pagi-fajar-malam, akan selalu berjalan malam-fajar-pagi-siang-sore-petang-malam).


 

Angka 7 (tujuh)

Ketika penciptaan bumi langit dan seisinya dalam enam masa, juga telah ditetapkan bahwa langit itu terdiri dari tujuh tingkat, sebagai bagian dari efek aksi-reaksi selama enam masa. Seperti yang diterangkan oleh utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu Rasulullah Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam,  dalam perjalanan isra dan mi’raj. Di sini saya tidak menceritakan perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, maka silahkan membaca cerita isra dan mi’raj dari sumber lain. Tetapi saya akan mengambil sedikit poin untuk diulas dari perjalanan itu.

Yang pertama kita bisa tahu jika langit itu ada tujuh tingkat. Di setiap tingkatnya ada pintu masuk dan keluarnya, dan dijaga oleh malaikat penjaga. Untuk keluar ataupun masuk harus ada surat ijinnya tidak terkecuali Malaikat Jibril alaihi salam.

Yang kedua, langit yang kita lihat dengan hiasan bintang-bintang, galaxy-galaxy dan cluster-cluster  adalah langit pertama. Dan besarnya langit pertama ini belum mampu dilihat oleh alat/teleskop saat ini yang telah dibuat, tetapi Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberikan perbandingannya jika bumi ini seperti cincin, maka langit pertama itu luasnya adalah seperti padang pasir.

Yang ketiga, jika kita mampu terbang melintasi langit pertama sehingga kita sampai di tepi langit ini. Maka kita tidak akan bisa masuk ke langit kedua karena kita tidak membawa surat ijin masuk atau kita tidak punya passwordnya. Mencoba menembusnya adalah hal yang sia-sia, mencari pintu masuknya saja adalah hal yang mungkin mustahil.

Dengan adanya langit kita bisa tahu ada tinggi ada rendah. Dan dengan 7 lapis langit dan juga ada pula 7 lapisan bumi diabadikan dalam siklus ada tujuh hari dalam seminggu. Minggu pertama mewakili bumi minggu kedua mewakili langit dan minggu ketiga kembali mewakili bumi dan seterusnya. Iki mek jareku ae, mbok anggep serius yo sokor!


 

Angka 8 (delapan)

Angka Delapan adalah kegenapan atau kelengkapan penciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maksudnya adalah telah lengkap pencipataan bumi dengan mahluk hidup dan juga semua penyokong kehidupan. Telah ada Malaikat, Jin, Hewan, dan Tumbuhan  dan juga mahluk penyokong kehidupan yaitu Tanah, Air, Gas (Udara) serta Api (Matahari).

Telah lengkap bumi dengan segala hiasan-hiasannya, Matahari, Bulan, Bintang, Planet, Meteor, Komet, Galaksi dan cluster-clusternya. Telah sempurna juga siklus kehidupan yang ada di Bumi ini, siklus air, siklus udara, siklus tanah, dan siklus kehidupannya dengan rantai makanannya.

Semuanya sudah ada, sudah genap atau sudah lengkap bagi Bumi untuk menjadi tempat tinggal penghuni terakhir yang akan mengenali dan mengenalkan bumi dan segala isinya beserta hiasan-hiasannya. Dan mahluk terakhir itu adalah mahluk yang dinamakannya sebagai manusia.


 

Angka 9 (sembilan)

Angka sembilan melambangkan Manusia. Manusia adalah alasan dimana diciptakan bumi dengan seisinya beserta hiasan-hiasannya. Manusia dibekali dengan lima indra yang berfungsi untuk mengenali ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berpasang-pasangan, supaya tahu bentuk-bentuk zat dan memanipulasinya untuk keperluannya.

Manusia juga diberi sebagian dari kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala  yaitu Rasa, Karsa, Daya dan Cipta untuk mendukungnya sebagai mahluk Allah yang terakhir dan yang paling sempurna. Akan tetapi dibalik itu Allah juga akan menunjukan kepada ciptaanNya yang sudah ada, bahwa akan berbahayanya keempat kemampuan itu.

Rasa adalah kemampuan mengenali sekaligus menangkap perubahan yang diterima melalui indra, kemudian dengan mengenali timbulah Karsa atau kehendak untuk melakukan perubahan ataupun perlawan, didukung dengan mempunyai Daya atau kekuatan untuk melakukan kehendaknya itu hingga terjadilah Cipta atau wujud dari kehendak itu atau sesuatu yang baru dari kehendak. Tetapi semua itu hanya akan terjadi atas iziNya saja. Itu jika kamu mengetahui dan menyadarinya. Lho, yo kan! Jek rung sadarkan? Rung eroh pisan!


 

Angka 10 (sepuluh)

angka 1 sampai 10

Angka sepuluh ditulis dengan satu dan nol, atau jika kita kembalikan ke tulisan angka arab ditulis dengan satu dan titik. Kemudian kita menyusun angka satu sampai angka sepuluh menurut kaidah tangan kanan atau berlawanan arah jarum jam atau sesuai dengan tawaf orang di Masjidil Haram, maka akan kita dapati urutan angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 akan kita dapati / kita baca 0 kemudian 1. Ini bermakna bahwa semua akan mati dan kembali ke yang satu yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makna mati ini sesuai dengan makna tanda titik dalam penulisan arab yang berarti berhenti atau mati.

Jadi makna dari angka Nol itu adalah Mati atau Kematian. Berikut adalah bukti bahwa angka nol  itu bermakna mati/kematian.

20 = 1, 30 = 1, 40 = 1, N0 = 1

Jika kita baca hukum pemangkatan dengan pangkat itu sama dengan status, kita anggap 2,3,4,N adalah mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala akan kita dapati sebagai berikut

“Semua mahluk yang status/pangkatnya dinyatakan mati maka Ia akan kembali ke Allah Subhanahu wa Ta’ala” ini adalah pembacaan yang sesuai dengan dunia nyata dimana ketika kita mendapati orang mati maka akan dikatakan kembali ke Allah.

Contoh 2

            9 (99)0 = 1

Dalam pembahasan sebelumnya 9 itu adalah manusia atau orang, sedangkan 99 misalkan pangkat tertinggi yang didapatkan orang tersebut, dan 0 adalah mati. Kita bisa membaca sebagai berikut

“Setinggi apapun pangkat yang diperoleh seseorang, akan tetapi jika sudah dinyatakan mati maka dikatakan/sama saja kembali ke Allah Subhanahu wa Ta’ala

Tentu akan sangat aneh jika kita memaknai Nol itu dengan kosong atau tidak ada seperti “Orang yang pangkatnya tidak ada kembali ke Allah Subhanahu wa Ta’ala, orang yang statusnya tidak ada kembali ke Allah Subhanahu wa Ta’ala!” menurut yang saya rasakan aneh dan tidak masuk logika. Rumangsaku ngono, Aneh!

Maka dengan demikian angka sepuluh adalah fakta ataupun wujud dari firman ke Allah Subhanahu wa Ta’ala “Innalillahi wa innailahi rojiun”.

Sampai sini saya berharap kamu sudah cukup mampu mencerna kalimat ini “Huwal awwalu wal akhiru. Lihat kembali gambar siklus itu.




Pengayaan dan Pendalaman

Setelah angka sepuluh kita tahu angka selanjutnya adalah angka sebelas, dua belas, tiga belas dan seterusnya sampai angka dua puluh. Selanjutnya angka dua puluh satu sampai angka tiga puluh. Dan seterusnya terus berulang-ulang Di sini yang bisa kita lihat adalah bahwa sesungguhnya menghidupkan dan mematikan itu adalah hal yang mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, membuat hal yang serupa seperti sebelum itu mudah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hidup dan mati seperti mainan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan barang yang paling dekat dengan kita “smartphone dan computer” bekerja berdasarkan hidup dan mati yang diulang-ulang sampai 8 kali atau 16 kali pembacaannya baru muncul satu karakter.

Allah Subhanahu wa Ta’ala itu satu dan satu-satunya, perbedaan dengan mahluknya adalah mahluknya pasti perpasang-pasangan atau terkena dampak dari berpasang-pasangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan siang dan malam berpasangan, bukan berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala membelah dirinya menjadi siang satu dan menjadi malam satu kemudian digabungkan atau dipasangkan. Siang dan malam itu diciptakan dari yang sebelumnya tidak ada menjadi ada kemudian dipasangakan dijadikan sebuah siklus mengakibatkan munculnya waktu. Berhentinya siklus siang dan malam membuat waktu berhenti itulah kematian. Kematian itu ada ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan terserah baginya menentukan siapa-siapa dari mahluknya yang siklusnya berhenti.

Jika kita melihat matahari, matahari bukanlah tuhan. Matahari hanyalah mahluk ciptaan tuhan yang memerankan fungsi sebagai penanda siang. Begitu pula jika kita melihat bulan, bulan hanyalah mahluk ciptaan yang memerankan fungsi sebagai penanda malam. Matahari dan bulan juga terkena dampak terbit dan tenggelam yang artinya dia hanya sebatas mahluk tuhan yang terkena dampak berpasang-pasangan atau menjalankan salah satu fungsi dari pasangan-pasangan.

Jika matahari dan bulan saja adalah mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka semua yang ada di kolong langit, permukaan bumi atau di dalam bumi adalah mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingat! Bahwa langit yang kita lihat ini hanyalah langit tingkat 1. Semua yang terkena dampak dari siang dan malam, atau memerankan peran berpasang-pasangan adalah mahluk. atau semua yang terjebak dalam bentuk zat padat, cair dan gas adalah mahluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Siang dan malam adalah batas kurungan / sangkar besar kita dan semua mahluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita dibatasi dalam sangkar itu, batas/sangkar selanjutnya yang paling kecil dan mengena langsung adalah jasad kita. Kita terjebak dalam jasad dimana ada padatan (daging dan tulang) ada cairan (darah, enzim, dan air) ada gas (oksigen, nitrogen, karbon diaoksida) dan pembakaran (oksidasi). Dan kita juga masih harus memerankan satu dari ciri mahluk ciptaan yaitu berpasang-pasangan. Kita hanya diizinkan memerankan satu, laki-laki saja, atau perempuan saja. Kita tidak bisa memerankan kedua-duanya. Dan itu semua adalah bukti bahwa kita adalah hanya sekedar mahluk ciptaan.

Jasad kita adalah penjara / sangkar / kurungan diri kita. Laki-laki atau perempuan adalah peran atau fungsi yang harus kita jalankan yang menjadi kesatuan dengan jasad kita. “Jika kamu merasa terpenjara dalam wadah yang salah, maka coba pikirkan lagi. Aku juga seperti itu sama-sama terpenjara. Tapi sikapku adalah menerima, lalu mencoba untuk menikmati dan setelah saya coba rasanya enak itu! Saya terima dan saya jalankan peran itu sebaik-baiknya, jika dapat grammy award itu hanyalah hadiah saja, bisa menikmati peran itu saja bagiku sudah hadiah yang luar biasa.

Kita sebagai manusia juga dibekali dengan lima indra untuk bisa mengenali tanda-tanda Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui hasil ciptaannya. Kemampuan indra kita juga dibatasi supaya kita bisa menikmati ciptaannya yang lain. Misalkan mata kita hanya bisa mengenali cahaya yang tampak saja, mata kita tidak mampu melihat cahaya sinar ultraviolet, belum lagi sinar-X, sinar gama, Alfa, Beta, itu baru sinar yang mampu kita kenali dengan alat bantu. Belum yang jenis sinar yang lain yang belum manusia ketahui. Itu baru mata, belum telinga, hidung, mulut dan kulit.

Itupun baru sinar, belum lagi batas kemampuan melihat besar kecilnya benda. Bagaimana jika mata kita mampu melihat partikel yang sangkat kecil, apakah mungkin kita bisa tidur jika kita mampu melihat virus-virus, bakteri melayang-layang di udara.

Kita juga dibatasi oleh waktu dalam memerankan peran kita. Masak dalam satu episode drama hanya kamu saja yang main, gantianlah yang lain juga pingin tampil kali.

Kita juga dibatasi oleh langit sampai tingkat tujuh, yang mana batas langit tingkat satu saja kita belum tahu. Untuk apa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurung kita dengan langit yang jauhnya triliunan km tahun cahaya hanya untuk manusia kecil yang tinggal di bumi? Adakah kemungkinan manusia bisa menggapai batas itu layaknya burung dalam sangkar? Ataukah Allah Subhanahu wa Ta’ala menyimpan semua kemungkinan di langit-langit itu? Bagi saya itu tidaklah terlalu penting untuk diketahui. Lek jare aku, seng penting aku nglakokne lakonku, sak isoku seng paling apik iki cukup gawe aku!

Dan yang paling penting adalah kita juga dibekali dengan kehendak, yang mana kehendak ini ada dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya kita adalah mahluk yang otonom, jika Bahasa computer sudah AI (artificial intelligent). Dengan kehendak itu kita bebas mau apa saja di bumi Allah Subhanahu wa Ta’ala ini. Tidak berkurang kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala jika kita tidak menyembahnya dan tidak pula bertambah besar pula jika kita menyembahnya. Dan apabila dengan kehendak kita sendiri mau menundukan diri sujud kepada Sang Pencipta sudah pasti nilai kita jauh lebih tinggi dari para malaikat. Dan sudah pantas kita mendapatkan reward dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tekan kene mestine kowe wes iso njawab pitakonan kuno “Geni lek murup pas mati mlayu neng endi?” lek gong ketemu jawabane, oleh mbok baleni moco ping pindo opo ping telu banjur angen-angenen.

Alih Bahasa

Dari sini seharusnya kamu sudah bisa menjawab pertanyaan orang jawa klasik “Api jika mati kemana perginya?” jika kamu belum ketemu juga jawabannya cobalah menbaca dua atau tiga kali kemudian coba pikirkan.

Wong jawa iku tegese wong seng ngerti. Orang jawa itu maknanya orang yang tahu.

download artikel ini dalam file di sini atau di sini

Tulisan Selanjutnya

Ya Allah aku mohon kepadaMu

Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden Kuswanto Raden...